“Kira-kira kenapa disebut harta karun?” Tanya seseorang kepada saya dan beberapa teman lainnya.
Tak ada yang menjawab.
“Itu adalah hartanya si Qarun yang dulu terkubur di dalam tanah kemudian muncul dan ditemukan orang. Makanya ketika ditemukan disebutlah harta karun. Hartanya Si Qarun!” Jawabnya sambil tertawa.
Entah kapan persisnya dialog yang penuh canda itu terjadi, sepertinya ketika saya masih anak-anak, atau mungkin ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Iseng-iseng saya mencari definisi kata ‘harta’ dan ‘karun’ di Kamus Besar Bahas Indonesi online dan menemukan keterangan berikut :
harta /har·ta/ n 1 barang (uang dsb) yg menjadi kekayaan; barang milik seseorang; 2 kekayaan berwujud dan tidak berwujud yg bernilai dan yg menurut hukum dimiliki perusahaan;
karun /ka·run/ n 1 orang yg kaya raya pd zaman Nabi Musa a.s., yg akibat kesombongannya ia dan harta bendanya tertimbun tanah; 2 ki tidak diketahui asal-usulnya (tt harta temuan dsb): salah seorang penduduk menemukan harta — dl ladangnya; 3 ki tidak sah (tt pemerolehan atau pendapatan);
— karun 1 harta benda yg tidak diketahui pemiliknya; 2 harta benda yg didapat dng tidak sah;
Saya tidak akan bercerita tentang harta karun. Saya juga belum pernah menemukan yang namanya harta karun. Tetapi rezeki yang saya dapatkan bisa diibaratkan mendapatkan harta karun. *LEBAY*
Sebagai seorang pegawai, saya mendapatkan gaji bulanan yang langsung ditransfer ke rekening tabungan. Saya pun mendapat selembar slip gaji yang berisi jumlah gaji kotor, potongan-potongan, serta jumlah gaji bersih. Jumlah gaji yang saya terima tersebut sering mengalami perubahan. Semisal karena adanya kenaikan gaji atau pun karena kenaikan pangkat, golongan, atau jabatan.
Selama ini, saya tidak pernah membanding-bandingkan antara jumlah gaji yang seharusnya saya terima, antara jumlah dalam surat keputusan kenaikan gaji, slip gaji, dan jumlah yang masuk ke dalam rekening. Karenanya saya tidak pernah merasa kalau gaji saya kurang dibayar. Saya pikir semuanya sudah pas.
Hingga suatu hari, seorang teman di bagian keuangan menanyakan soal pangkat dan jabatan saya saat ini. Ternyata gaji yang saya terima lebih sedikit dari yang seharusnya. Pasalnya, berkas saya terselip sehingga pegawai keuangan yang lama tidak sempat melakukan update data kepegawaian sesuai dengan kondisi jabatan saya terakhir.
Entah apa yang mendorong teman saya yang sebelumnya pernah bekerja di bagian yang sama dengan saya selama beberapa waktu untuk melakukan pengecekan dan kemudian menemukan data bahwa nilai gaji saya tidak up to date. Sesuai dengan penjelasannya, saya pun melengkapi berkas yang diminta. Tidak banyak. Hanya selembar salinan surat keterangan kenaikan pangkat terakhir yang berlaku sejak Agustus 2009. Proses selanjutnya, teman saya yang memproses. Saya hanya tinggal menunggu dan menunggu. Menunggu rejeki nomplok, kata teman saya itu.
Alhamdulillah, akhirnya, rapelan atas kekurangan gaji selama kurang lebih 3,5 tahun itu masuk rekening.
Alhamdulillah, ternyata saya punya tabungan selama 3,5 tahun. Mungkin, jika saya terima gaji saya penuh sejak waktu yang seharusnya, saat ini, saya tidak memiliki uang tambahan sejumlah yang saya terima itu.
Alhamdulillah…
alhamdulillah…kebahagiaan itu hrs dibagi2….berhubung udh dipublish, yg baca ama yg komen hrs dapat nih..minimal traktiranlah… 😀
jadiii….. kapan kita kemana?
😀
hehehe…harus nunggu libur lagi dunk, ke bojong gede.. 😀
😀
nggak ah…. kejauhan
resiko yg nraktir itu mah.. 😛
nggak jadi kalau begitu 😀
*manyun di pojokan…
*pamer habis makan enak
*huaaaa….bukan manyun lagi… dah nangis darah…
*pura2 nggak liat. cuek
ya sudah.. *hapus air mata darah, berdiri..jalan pulang, nyari yg lain yg mau traktir.. 😛
selamat mencari 😀
😛
😀
di transfer kembali lagi yaa kang hehe 😀
iyah…. ditambahin yang kurang2 😀
Alhamdulillah … Perlu no rek saya ngga ka? Brgkl ja rek nya ngga muat … Hehehe 😀
😀
sepertinya masih cukup buat nampung
Sapa tau aj udh gk nampung gt..
*ngarep.com..
🙂
😀
rekening saya ada beberapa, jadi masih bisa dialihkan ke rekening pribadi, belum ke rekening orang lain
🙂
😀
alhamdulillah….
sesuatuuuu 🙂
Hueeee. Bisa ya Bang keselep gitu. *kok lama-lama keknya enak manggil Bang. 😀
karena pergantian pegawa. pegawai lama nggak ngasih estafet ke pegawai baru
ya terserah enaknya aja manggil pake sebuatan apa 😀