Dua Sisi Digital Lifestyle

digital lifestyle

Dalam film “Creed”, yang mempertemukan yang Rocky Balboa dengan Adonis, putra dari Apollo Creed yang menjadi musuh Rocky di dalam film sebelumnya sekian tahun yang lalu, terdapat sebuah adegan Rocky memberikan sebuah catatan jenis-jenis latihan yang harus dilakukan oleh Adonis suapa bisa menjadi seorang petinju profesional. Adonis menerima catatan tersebut sesaat dan kemudian mengembalikannya kepada Rocky setelah mengambil gambar catatan tersebut dengan kamera smartphone miliknya.

“Tunggu, kau tak mau ini?” tanya Rocky.

“Sudah ada di dalam sini,” jawab Adonis sambil menunjukkan smartphone di tangannya.

“Bagaimana jika benda itu hilang atau rusak?” tanya Rocky lagi.

“Filenya sudah naik ke ‘awan’ (cloud).”

“Awan apa? Awan apa?” tanya Rocky kebingungan.

Saya pikir, apa yang dilakukan Adonis dalam adegan tersebut adalah salah satu contoh dari dampak perkembangan teknologi yang terjadi saat ini.

Salah satu pengertian teknologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Seiring perkembangannya, teknologi semakin erat dengan informasi. Makanya sering sekali saya mendengar istilah teknologi informasi. Bahkan istilah tersebut menjadi nama dari unit organisasi di mana saya bekerja saat ini. Saya adalah seorang Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di Direktorat Jenderal Pajak membawahi  unit eselon II di mana saya bertugas, yaitu Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan.

Ciri-ciri yang terlihat jelas dari teknologi informasi saat ini adalah :

1. Terciptanya alat-alat  yang memiliki kemampuan sangat canggih meski ukurannya terbilang kecil, seperti smartphone yang tak hanya berfungsi untuk komunikasi saja tetapi juga untuk mengambil gambar dan merekam video, dan fungsi lainnya.

2. Munculnya aplikasi-aplikasi yang sangat sederhana digunakan dan banyak memberikan kemudahan-kemudahan kepada penggunanya dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.

3.Media penyimpanan data dan informasi yang tak lagi berwujud fisik seperti kertas namun berubah menjadi flash disk, CD, DVD, harddisk, memori di smartphone, atau server untuk jumlah data yang sangat besar.

Berawal dari perkembangan teknologi dan informasi itulah muncul gaya hidup baru yang disebut digital lifestyle. Digital lifestyle dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dengan menggunakan perangkat digital seperti handphone atau komputer untuk kegiatan dan kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian mengirim SMS, ngobrol dengan aplikasi chat, mengirim email, memesan ojek dengan aplikasi yang terpasang di smartphone, dan sebagainya merupakan bagian dari digital lifestyle.

Seperti sudah menjadi sebuah keniscayaan bahwa apa yang dihasilkan dari daya kreasi manusia akan memiliki dampak positif dan negatif. Kedua dampak  tersebut juga muncul sebagai akibat  dari perkembangan teknologi dan informasi saat ini.

Dampak Positif

..:: 1. Kemudahan

Perkembangan teknologi menjadikan sesuatu yang awalnya sulit menjadi jauh lebih mudah. Misalnya dalam melakukan berbagai transaksi keuangan. Untuk melakukan pembayaran telepon, listrik, PAM, atau transfer antar rekening, tak perlu kiranya antri di bank dan di ATM atau bahkan menghadapi kemacetan di jalan raya.  Semuanya itu bisa dilakukan dari dalam rumah. Cukup dengan menggunakan internet banking melalui smartphone android, komputer, atau laptop.

Pembelian tiket pesawat dan kereta, juga tak perlu harus datang ke kantor travel. Pemesanan kamar hotel pun bisa dilakukan sebelum datang ke lokasi agar tidak ada kekhawatiran akan ketersediaan kamar. Cukup dengan jentikan jemari di layar smartphone atau tarian jemari di atas keyboard komputer atau laptop, semua bisa dilakukan.

Ketika akan pergi ke suatu tempat tujuan dan membutuhkan jasa kendaraan semisal taksi, mobil lain, atau bahkan ojek, tak perlu harus menunggu di tepi jalan atau datang ke pangkalan. Cukup dengan aplikasi transportasi online yang terpasang di smartphone, lakukan pemesanan, lalu tunggu sang driver datang mendekat.

Bahkan untuk membeli pakaian semisal kemeja, celana panjang, baju gamis, jilbab, dompet wanita, tas wanita dan sebagainya, tak perlu berdesakan di pasar atau mall, yang sepertinya akan penuh sesak di Bulan Ramadan dan menjelang lebaran. Berbelanja saat ini bisa dilakukan secara online. Barang-barang tersebut yang biasanya terlihat di etalase toko kini bisa dilihat di layar smartphone lengkap dengan detil informasi barang tersebut, mulai dari harga, ukuran, warna, dan sebagainya.

..:: 2. Hemat

Dengan melakukan transaksi perbankan dan belanja melalui smartphone, maka ada penghematan. Mungkin akan ada tambahan biaya berupa kuota internet, tetapi rasanya jumlah tersebut lebih murah dibandingkan dengan membayar ongkos, biaya bahan bakar, tiket parkir, serta waktu dan tenaga yang digunakan.

..:: 3. Ramah Lingkungan

Jika di atas adalah contoh penghematan dalam bentuk nilai uang secara langsung, maka perkembangan teknologi juga bisa menghemat jumlah penggunaan kertas. Dua buah contohnya berupa aplikasi berbasis elektronik yang dikembangkan oleh instansi tempat saya bekerja, Direktorat Jenderal Pajak, yaitu e-SPT dan e-filing.

e-SPT (elektronik surat pemberitahuan) adalah aplikasi yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk digunakan oleh wajib pajak dalam membuat SPT dengan lebih mudah dan tidak menggunakan banyak banyak kertas.

Jika wajib pajak melaporkan SPT yang dibuat secara manual, maka seluruh berkas SPT baik induk maupun lampirannya harus diserahkan dalam bentuk fisik atau hard copy. Semakin banyak transaksi perpajakan yang dilakukan oleh wajib pajak, semakin banyak pula berkas yang dicetak.

Sementara jika wajib pajak melapor dengan menggunakan e-SPT, wajib pajak hanya perlu mencetak induk SPT saja yang akan dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak bersamaan dengan file CSV yang dihasilkan dari aplikasi e-SPT lalu di-load oleh pegawai pajak dan langsung masuk ke database DJP dan bisa dilihat dalam sistem informasi di Direktorat Jenderal Pajak.

Sementara e-filing adalah suatu cara penyampaian SPT yang dilakukan secara online dan real-time melalui website Direktorat Jenderal Pajak atau Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP). Dengan e-filing, wajib pajak selain cukup mengakses website DJP atau ASP dari rumah, kantor, atau warnet juga tidak memerlukan proses cetak dokumen apapun di atas kertas. Kondisi ini terutama berlaku bagi wajib pajak orang pribadi.

Bulan depan, tepatnya mulai 1 Juli 2016, Direktorat Jenderal Pajak mulai menerapkan tata cara baru untuk pembayaran pajak yang dikenal dengan istiliah e-billing. e-billing adalah cara pembayaran pajak secara elektronik yang prinsipnya serupa dengan pembelian tiket pesawat secara online. Konsumen menginput kota asal, kota tujuan, tanggal, dan jam keberangkatan. Selanjutnya menerima kode pemesanan yang menjadi dasar pembayaran harga tiket.

Jika sebelumnya wajib pajak harus mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) sebanyak lima rangkap, maka dengan e-billing wajib pajak hanya mengisi pembayaran pajak sesuai dengan kewajibannya dan kemudian menerima Kode Billing melalui kanal atau aplikasi e-billing yang disediakan Direktorat Jenderal Pajak tanpa perlu lagi menggunakan SSP.

..:: 4. Cepat

Masih di lingkungan kerja Direktorat Jenderal Pajak, dengan e-SPT, para pegawai pajak dapat melihat data pelaporan SPT dan menganalisanya dengan cepat. Sebab setelah proses load data berhasil, dalam hitungan menit data tersebut bisa dilihat di layar komputer atau laptop. Kondisi tersebut tidak terjadi ketika pelaporan SPT dilakukan secara manual. Sebab setelah diterima, informasi yang tertulis di dalam lembaran SPT harus direkam terlebih dahulu satu per satu.

Di ranah yang lebih luas, perkembangan teknologi  menyebabkan informasi sangat cepat tersebar. Apa yang terjadi di belahan bumi lain dapat diketahui oleh seluruh dunia dalam hitungan menit. Salah satunya bisa terlihat dari penggunaan media sosial. Tak jarang saya atau kita menemukan teman kontak kita menyebarkan link  sebuah berita. Lalu kita pun ikut menyebarkannya. Dan kerjadian yang sama pun berulang pada teman kita yang lain.

Jika membaca berita di koran kita bisa tahu selang sehari kemudian, namun dengan membaca berita melalui portal berita online, kita bisa tahu dalam hitungan menit.

..:: 5. Mendekatkan yang jauh

Saat ini, jarak yang jauh bukan lagi masalah untuk bisa berkomunikasi. Dengan smartphone di tangan, seseorang bisa mengirim pesan, chat, telepon, atau video call dengan saudara atau teman di beda kota, beda provinsi, beda negara, bahkan beda benua.

..:: 6. Menjadi Blogger dan Penulis

Setelah saya mengenal dunia internet dan mengenal istilah blog, saya mulai suka menulis. Menulis menjadi hobi yang sebelumnya tak pernah terlintas dalam pikiran saya. Apa yang saya lihat, dengar, dan rasa, saya tulis ke dalam blog. Jadilah saya blogger.

Setelah menghasilan cukup banyak tulisan di blog, yang sebagiannya dinilai cukup bagus oleh sebagian rekan-rekan blogger yang sering berkunjung dan berkomentar, saya merangkum tulisan-tulisan di blog saya menjadi sebuah naskah buku. Lalu saya terbitkan menjadi sebuah buku secara indie. Jadilah saya penulis, namun bukan penulis hebat.

Di tahun 2013, saya mengedit naskah buku yang sebelumnya terbit secara indie kepada sebuah penerbit major. Alhamdulillah, setelah direview, naskah saya lolos dan diterbitkan menjadi sebuah buku.

..:: 7. Menjamurnya Toko-toko Online

Perkembangan teknlogi juga membuka ranah yang sangat terbuka untuk wirausaha baru. Khususnya toko online.  Saat ini, memiliki bangunan toko secara fisik untuk bisa berjualan bukanlah syarat mutlak. Tanpa perlu menyewa atau memiliki toko, seseorang bisa memanfaatkan teknologi yang ada untuk berjualan.

Toko online bermunculan. Mulai dari yang berskala besar hingga kecil. Mulai dari yang dimiliki perusahaan hingga yang dimiliki perseorangan. Mulai dari yang berbentuk web hingga memanfaatkan fanfage di facebook atau upload foto di instagram. Mulai dari yang seluruh transaksi dilakukan di web hingga yang transaksi berlanjut di WhatsApp atau BBM.

Banyaknya toko online memberikan banyak pula pilihan kepada para konsumen yang ingin berbelanja dari rumah karena tak ingin ribet atau macet di jalan.

Dampak Negatif

..:: 1. Menjauhkan yang dekat

Suatu ketika saya bekerja dalam sebuah kelompok yang terdiri dari tiga orang. Kami duduk melingkari sebuah meja. Saya berada di tengah. Di hadapan saya ada sebuah laptop. Saya bertugas untuk mengetik apa yang menjadi kesepakatan kelompok atas masalah atau pernyataan dalam file dokumen yang sedang ditampilkan di layar.

Saya bacakan pernyataan yang terlihat di layar. Setelah selesai membacakan pernyataan, saya menunggu tanggapan dari kedua rekan anggota kelompok di sisi kanan dan kiri saya.

Ternyata, keduanya tidak langsung nenanggapi pernyataan yang saya bacakan. Rekan di sebelah kanan saya sedang asyik berkomunikasi melalui androidnya, sementara rekan di sebelah kiri sedang asyik BBM-an.

Di lain waktu dan lain tempat, laju kendaraan sepeda motor saya terhenti karena adanya kemacetan atau lampu lalu-lintas yang menyala merah. Saya berhenti tepat di sebelah sebuah taksi yang berpenumpang dua orang di bangku belakang. Melalui kaca jendela, saya bisa melihat apa yang dilakukan kedua penumpang tersebut. Biasanya, atau mungkin dahulu, kedua penumpang mungkin akan ngbrol satu sama lain dengan komunikasi lisan. Tetapi saat itu saya melihat salah satu atau kedua penumpang tersebut sedang asyik menunduk dengan gadget di tangannya.

Bukan hal yang mustahil, jika kedua kejadian di atas bisa terjadi di antara anggota keluarga kita ketika sedang berkumpul di rumah jika kita tidak bijak memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada.

..:: 2. Nomophobia

Nomophobia atau no mobile phone phobia, merupakan salah satu jenis kelainan psikologis OCD (Obsessive Compulsive Dissorder) yang dimiliki seseorang ketika merasa khawatir atau takut jika tak smartphone miliknya tak ada di dalam genggamannya atau tak dibawanya. Hal ini menjadikan  si pengidap kerap memeriksa keberadaan smartphone hampir setiap saat.

..:: 3. Cepat menyebarnya berita yang tidak valid dan tidak lengkap

Sering saya melihat di beranda facebook saya link berita yang cukup bikin heboh. Dari informasi di bagian bawah link tersebut terbaca informasi bahwa berita tersebut sudah dibagikan sekian ribu kali. Jika demikian bisa dipastikan bahwa berita tersebut sudah dibaca oleh sekian ribu orang atau bahkan lebih. Dari yang membaca berita tersebut, maka sudah pasti ada yang langsung mempercayai isi beritanya, lalu memberikan penilaian atau komentar negatif bahkan menjelek-jelekkan orang yang diberitakan.

Selang dua atau tiga hari kemudian, ada berita yang mengklarifikasi bahwa isi berita tersebut tidak benar. Dan itulah kejadian yang sebenarnya.

Sayangnya, berita klarifikasi tersebut tidak banyak yang menyebarluaskan. Karenanya, berita negatif yang tetap bertahan di dalam pikiran banyak orang.

..:: 4. Penipuan

Di balik menjamurnya toko online ternyata ada yang mengambil kesempatan untuk mendapatkan uang dengan cara yang cepat namun tidak halal. Menipu. Ada oknum toko online yang menjual barang dengan spesifikasi dan kualitas yang jauh sangat berbeda dengan foto dan sepsifikasi yang ditampilkan di web, fanfage, atau instagram. Akhirnya pembeli dirugikan.

Karenanya, ketelitian dan kehatia-hatian sayang diperlukan dalam melakukan transaksi secara online. Sebelum melakukan transaksi, pastikan kita mendapatkan informasi bahwa toko online yang akan kita beli barangnya adalah toko online yang terpecaya dan sudah banyak mendapatkan testimoni dari pembeli sebelum-sebelumnya.

..:: 5. Keamanan data

Satu hal penting yang harus dipahami oleh para penggiat digital lifestyle adalah bahwa segala informasi yang mereka ketik dan upload melalui email, media sosial, atau web, maka informasi tersebut tidak lagi menjadi sebuah rahasia. Mungkin ada pilihan untuk menjadikan apa yang diupload sebagai sesuatu yang pribadi. Jika dilihat melalui aplikasi yang digunakan, memang benar informasi tersebut hanya bisa dilihat oleh kita sendiri. Namun, kondisi tersebut tidaklah berlaku bagi pihak-pihak tertentu. Karenanya, kesadaran yang tinggi akan sebab-akibat atas apa yang terjadi kiranya sangat dibutuhkan agar lebih bijak dan waspada dalam berinteraksi dengan teknologi.

Sebagai kesimpulan, dengan memperhatikan sisi positif dan negatif dari perkembangan teknologi yang terjadi saat ini, maka diperlukan ekstra kehati-hatian serta sikap yang bijak ketika berinteraksi dengan segala bentuk teknologi informasi. Tentunya untuk kebaikan diri kita, keluarga, dan orang-orang yang kita sayangi.

Semoga bermanfaat!


Tulisan Terkait Lainnya :

18 respons untuk ‘Dua Sisi Digital Lifestyle

  1. rayamakyus Juni 17, 2016 / 14:34

    Tapi kalo d saya ya masbro, justru belanja online itu yg perlu dihindari. Krn biasa barang yg dtg tak sesuai harapan. Saya suka jalan ke pasar tradisional siiih biasanya kalau mau nyari jilbab2 yg lg hietz. Krn klo d mall hargany mahwal krn kena pajak bangunan *emakemakpengiritan* 😆

    Oh iya,dan juga belanja pake jalan kaki juga membuat jantung sehat. Jauh lebih hemaaaat-kan? Hehehe..

    Moga GA-nya menang yaaaaks

    • jampang Juni 17, 2016 / 14:46

      segalanya memang perlu dilakukan secara bijak. termasuk belanja online atau offline.

      belanja online bisa mendatang resiko seperti di atas. makanya saya belanja online untuk barang yang umum dan diproduksi secara massal dan tentunya si penjual sudah mendapat review yang bagus dari para pembeli lainnya.

      betul. jalan kaki bisa bikin sehat. yang perlu diwaspadai saat belanja offline adalah lapar mata. membeli barang yang sebelumnya nggak diniatkan sama sekali dan kalau kelamaan juga perlu makan dan minum untuk suplay energi yang sudah terpakai 😀

      • rayamakyus Juni 17, 2016 / 14:48

        Hahahaha.. analisis yg tepat. Ada benarnya siiih klo belanja ofline mau beli jilbab ehhh malah beli lemari 😂

      • jampang Juni 17, 2016 / 14:50

        😀
        jauh banget jilbab ke lemari. kayaknya pengalaman pribadi nih 😛

  2. winnymarlina Juni 17, 2016 / 16:46

    saya sempat bingung juga tuh kak guna cloud itu

  3. zilko Juni 17, 2016 / 16:59

    Aku setuju banget dengan poin ketiga dari dampak negatifnya. Rasanya miris banget melihat cukup sering berita hoax tersebar. Parahnya berita yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan ini malah disalah-gunakan untuk memprovokasi orang, hahaha… 😦

    Toh walaupun begitu masih lebih banyak dampak positifnya ya. Dampak negatifnya saja yang memang mesti dikontrol sedemikian rupa.

    Anyway, good luck kontesnya!

  4. faziazen Juni 19, 2016 / 03:02

    lebih suka blogging pake hp andro atau pc?

    • jampang Juni 19, 2016 / 05:22

      Kalau dua2nya ada di hadapan, saya lbh suka pakai PC/laptop

  5. cumilebay.com Juni 19, 2016 / 12:58

    Mendekatkan yg jauh tapi menjauhkan yg dekat hahaha

  6. mysukmana Juni 19, 2016 / 14:35

    Tulisanmu kok keren bingit,suka sm cerita creed n rocky ny

  7. alrisblog Juni 20, 2016 / 06:27

    Nomophobia jadi penyakit banyak orang. Saya heran saja hidup kok diatur gadget? Tapi tergantung pribadi masing-masing orang juga dalam mengatur hidup.

    • jampang Juni 20, 2016 / 10:11

      iya, mas. ada yang terpangaruh hebat, tetapi ada juga yang mampu mengontrolnya

  8. Orin Juni 20, 2016 / 09:01

    iya bang, kayaknya banyak bgt yg reaktif ya, baru tau sedikit langsung menjudge, baru baca judul lgsg share, hedehhhh

    • jampang Juni 20, 2016 / 10:08

      iya, teh. alasanya begitu ditanya…. “cuma ngeshare aja koq”

      giliran tulisan klarifikasi muncul, cuek aja

  9. Wadiyo Juni 26, 2016 / 00:27

    seperti selalu ada sisi positif dan negatifnya ya, tinggal mau ambil yang mana itu terserah orangnya.
    thanks sharing-nya

Tinggalkan jejak anda di sini....