Puisi-puisi Untuk Ibu

puisi untuk ibu

Kemarin, saya memposting tentang buku antologi pertama saya yang berjudul “Hati Ibu Seluas Samudera” yang diluncurkan secara resmi bersamaan dengan Hari Ibu. Yang ingin membeli buku tersebut, silahkan memesan langsung atau bisa melalui saya :D. Hari ini, saya memposting kembali beberapa puisi yang pernah saya posting sebelumnya baik pelengkap coretan saya tentang ibu ataupun memang dalam bentuk puisi yang belum tersimpan di blog ini.

Perjuanganmu

kedua telpak tangannya menguning
karena kunyit yang semalam diparut dan disaring
kemudian dimasak bersama rempah lain yang digiling
lalu dituang ke dalam beerapa botol bening
dijinjing
dibawa berkeliling

tak perduli bila ada yang bergunjing
tak jera meski pernah jatuh terbanting
tak mengeluh meski kampung sedang sepi dan hening
tak putus asa meski hasil dan lelah tak sebanding

agar di masa depan aku tak terasing

Masih Adakah Surga Untukku?

pernah kubaca
sebuah tulisan singkat yang bertutur kata
tentang kisah seorang pemuda
yang bercita-cita untuk bertemu Nabi Sang Baginda

dari daerah yang jauh perjalanannya bermula
setelah mengucap janji kepada orang tua
ia akan segera kembali tak kan berlama-lama
ia akan segera pulang setelah berjumpa lelaki mulia

namun ketika pemuda itu tiba
di kediaman Rasulullah tercinta
tak dijumpainya sang junjungan di sana
kekecewaan pun muncul di rasa

namun demi janjinya
kepada orang tuanya di rumah sana
pemuda itu tak menunggu lama
karena ia harus pulang secepatnya

siapakah gerangan orang ini adanya
yang Nabi menjamin surga untuknya?

lantas diri ini bagaimana?
bunda, masih adakah untukku surga?

Maafkan Diri Ini, Bu…

maafkan diri ini, bu
yang sudah melupakan sesuatu di masa lalu
yang mungkin ibu juga sudah tidak mengingatnya karena telah termakan waktu
ketika aku berada di rahimmu
ketika aku tidak menyukai makanan yang kau berikan kepadaku
dan aku tidak suka dengan makanan itu
aku memaksamu untuk memuntahkannya lewat mulutmu
kesusahan di atas kesusahan adalah yang kau rasakan kala itu

bu, maafkan diri ini
ketika Allah telah memberikan aku kepala dengan lengkap, tubuh dengan tangan dan kaki
aku selalu menendang-nendang perutmu berulang kali
sakit yang kau rasakan tak pernah kau peduli
malah kau mengelusku dengan penuh kelembutan hati

bu, maafkan diri ini yang belum bisa berbakti
yang telah melupakan masa-masa sulit yang telah engkau lewati
ketika tiba hari yang dinanti
masanya aku lahir ke dunia fana ini
kau berjuang antara hidup dan mati
namun semuanya hilang tak kau rasakan lagi
di saat melihatku lahir dalam keadaan sehat namun tak tahu apa yang terjadi
peluh yang keluar dari tubuhmu seakan tak berarti
semuanya menguap bersama senyummu yang kala itu belum kumengerti

bu, maafkan bila diri ini telah melupakan suatu masa
tat kala malam dengan gemintang dan sabit atau purnama
aku menangis karena ketidaknyamanan yang kurasa
aku pipis tanpa bisa memberi aba-aba
membangunkanmu yang kala itu tertidur lelap hingga terjaga
dengan mata yang belum sempurna terbuka
kau mengganti kain popokku tanpa mengeluh dengan kata-kata

bu, maafkan diri ini yang sering tidak tahu diri
karena sering buang air besar dan kencing ketika kau susui
bajumu yang semula wangi kini aromanya berganti
namun kau tak pernah merasa jijik sama sekali
bila saja itu terjadi pada orang lain mungkin ia akan lari
dengan sabar, bajuku dan pakaianmu kau ganti
dan bila masanya aku tertidur pulas dalama buaian mimpi yang belum juga kufahami
kau pergi mencuci
agar esok atau lusa bajuku dan pakaianmu bisa dikenakan lagi

bu, diri ini memohon untuk dimaafkan
karena sering kali perintahmu tak kukerjakan
walaupun perintah itu sesuatu yang ringan
dan dengan mudah bisa aku kerjakan

bu, diri ini memohon untuk dimaafkan
karena sering kali kekecewaan yang kaudapatkan
dan belum ada kebahagiaan yang kuberikan
entah hari ini, esok, atau kapan


Tulisan Terkait Lainnya :

26 respons untuk β€˜Puisi-puisi Untuk Ibu’

  1. adejhr Desember 23, 2014 / 08:46

    keren bang.

    • jampang Desember 23, 2014 / 09:18

      terima kasih πŸ˜€

  2. dani Desember 23, 2014 / 09:20

    Keren-keren Bang Rifki puisinya. Btw selanat ya untuk terbitnya buku antologinya. πŸ™‚

    • jampang Desember 23, 2014 / 09:22

      terima kasih… terima kasih, mas πŸ˜€

  3. Ryan Desember 23, 2014 / 09:32

    bagus mas puisinya. saya paling gak bisa nulis puisi. ikutan milis tapi akhirnya lebih banyak diam dan membaca saja.

    • jampang Desember 23, 2014 / 10:13

      terima kasih. belum nyoba aja kali, mas. coba sekali-kali

      • Ryan Desember 23, 2014 / 10:23

        Udah pernah mas. Lebih ke apa ya? Curhat gitu sih. Hahaha

      • jampang Desember 23, 2014 / 10:34

        ya nggak masalah. puisi sekarang kan nggak ada aturan yg ketat soal jumlah baris ataupun rima seperti puisi lama. jadi bebas-bebas aja

    • jampang Desember 23, 2014 / 10:14

      terima kasih, mbak

  4. zaki19482 Desember 23, 2014 / 09:51

    Selamat ya mas. Segala sesuatu yang dilakukan berdasarkan passion kita mesti membahagiakan. Saya ikut senang mas πŸ™‚

    • jampang Desember 23, 2014 / 10:14

      terima kasih πŸ˜€

  5. dizaz Desember 23, 2014 / 12:26

    Keren, harus berguru nih.

    • jampang Desember 23, 2014 / 12:31

      terima kasih.
      πŸ˜€

  6. Anggun Desember 23, 2014 / 15:58

    wah keren, diterusin dong bang jadi buku kumpulan puisi πŸ™‚

      • Anggun Desember 23, 2014 / 16:13

        Wah wah mantaaapppp! *kagum*

      • jampang Desember 23, 2014 / 16:16

        terima kasih… terima kasih πŸ˜€
        cuma buku indie, mbak

      • Anggun Desember 23, 2014 / 16:17

        Wah aku malah tertarik banget dengan buku indie, self publishing dsb dkk. Keren bang berkarya terus!

      • jampang Desember 23, 2014 / 16:27

        dicoba aja, mbak. mungkin saya juga mau nerbitin indie lagi. tulisannya udah ada, cuma ngeramunya yg malas-malasan πŸ˜€

      • Anggun Desember 23, 2014 / 16:31

        Pengen coba belum pede bang. Masih harus banyak latihan hehe. Jiayo Bang! Pasti bisa! *tabuh gendang biar semangat* πŸ˜€

      • jampang Desember 23, 2014 / 16:42

        terima kasih, mbak

  7. Faris Desember 23, 2014 / 18:47

    Wah keren ni mas,,,, saya jadi semangat lagi nulis puisi nya.. ahaha
    *TIba2 Termotivasi*

    • jampang Desember 24, 2014 / 05:18

      terima kasih, mas. ayo bikin puisi lagi πŸ˜€

    • jampang Desember 29, 2014 / 10:34

      terima kasih, mbak

Tinggalkan Balasan ke Anggun Batalkan balasan