My Dearest Syaikhan : Keseruan di Bawah Langit Mendung

mainan anak-anak 1
Syaikhan, sebelum bercerita tentang pertemuan kemarin, Abi mau mengabarkan sesuatu kepadamu. Beberapa waktu yang lalu, Abi membuat sebuah puisi tentang kerinduan kepadamu. Abi membuat puisi tersebut untuk mengikuti lomba atau giveaway yang bertema “Puisikan Rindumu”. Mungkin kapan-kapan kamu bisa membaca puisi yang Abi beri judul “Rindu Untuk Syaikhan” tersebut.

Kabar gembiranya adalah, puisi tersebut menjadi salah satu pemenang. Bukan juara pertama atau kedua. Tetapi juara kelima. Tak mengapa. Yang penting menjadi salah satu pemenang. Tentu saja ada hadiahnya. Kalau Abi tidak salah, hadiahnya itu berupa 1 Buah Mouse, 1 Buah Dompet, Pulsa 10.000, dan 1 Buah Gantungan Kunci. Pulsanya sudah Abi terima. Hadiah lainnya akan segera dikirim. Alhamdulillah.

Syaikhan, apakah kamu merasakan keseruan di pertemuan kemarin? Abi merasakan demikian. Abi berpikir kamu pun merasa demikian. Sebab kamu meneriakkan kata “seru” beberapa kali ketika kita bermain.

Abi datang tepat waktu, sesaat setelah kamu pulang dari sekolah. Abi sengaja memilih hari kamis kemarin untuk bertemu denganmu karena cuaca cukup mendukung. Saat kita bertemu, kamu sedang menikmati sekotak susu di tanganmu. Sambil menghabiskan susumu, kamu bercerita kepada Abi tentang beberapa hal, termasuk sakit yang kau alami meski hanya sehari.

Selesai menghabiskan susu, kamu mengajak Abi untuk bermain bola basket. Sayangnya, ketika kamu bermaksud meminjam bola basket kepada tantemu, yang bersangkutan tak ada di rumah. Kita pun batal main basket.

Lalu Abi mengajakmu main perang-perangan. Sebuah permainan dengan kertas dan pulpen atau pensil yang sering Abi mainkan di masa kecil. Tentu saja kamu bingung mendengarnya. Bahkan setelah Abi menjelaskan bagaimana cara bermainnya, mulai dari menggambar, hingga aturan mainnya, kamu masih bingung. Namun begitu Abi praktekan permainannya, kamu langsung ketagihan.

“Seruuuuuuuuuuuuuuu!” ucapmu.

syaikhan main perang-perangan

Bahkan ketika bermain, kamu tertawa beberapa kali karena mellihat Abi tidak bisa mengenai anggota pasukanmu dengan tepat.

Permainan selama empat ronde itu pun akhirnya berakhir dengan skor 2 – 2. Imbang.

Selanjutnya, kamu mengajari permainan hitung-hitungan dengan jari. Permainan yang baru pertama kali Abi mainkan. Permainan yang melatih berhitung dan juga mengatur strategi agar bisa menang.

Pertama, setiap tangan mengepalkan empat jari dan menyisakan satu jari telunjuk. Jika pemain menyentuh tangan lawan, maka tangan yang disentuh harus mengubah posisi jari yang terbuka sesuai dengan jumlah yang terbuka sebelum disentuh ditambah dengan jumlah jari tangan lawan yang menyentuh. Misal, jika jumlah jari yang terbuka semula satu, kemudian jari tangan lawan yang menyentuh dua, maka jari yang terbuka haruslah tiga.

Jika jumlah total melebihi lima, maka jumlah jari yang terbuka adalah total jari dikurangi lima. Misalnya, jari yang terbuka sebelumnya adalah tiga, kemudian jari tangan lawan yang menyentuh empat, maka jari yang terbuka setelah disentuh menjadi dua. Hasil dari tiga ditambah empat dikurangi lima.

Jika jumlah jari yang disentuh dan yang menyentuh adalah lima, maka salah satu tangan tersebut dianggap gugur. Namun demikian, tangan tersebut bisa dibangkitkan lagi jika tangan lainnya memiliki jari yang terbuka lebih dari satu, yaitu dengan memindahkan minimal satu jari dari tangan yang masih hidup ke tangan yang sudah mati.

Salah satu pemain akan kalah jika tak ada lagi jari yang terbuka.

Begitulah kamu menjelaskan permainan tersebut. Dan ternyata, sebanyak dua kali permainan, kamu melakukan strategi yang salah sehingga Abi yang keluar menjadi pemenang. Meski dirimu kalah, namun kamu tertawa lebar. Abi pun demikian.

Tiba waktu ashar, kita berangkat ke masjid untuk shalat berjama’ah. Selepas shalat, ketika Abi bermaksud untuk pulang, ternyata hujan turun dengan lebatnya. Akhirnya, Abi tetap bersamamu sambil menunggu hujan reda.

Di dalam rumah, akhirnya kita bermain mobil-mobilan. Mobil-mobilan yang Abi belikan sebelum shalat Ashar tadi di mini market dekat rumah. Kamu meminta Abi membelikan mobil-mobilan tersebut bersama majalah bobo dan pulpen.

Di antara suara hujan yang turun, kamu tertawa lebar melihat jalannya mobil-mobilan yang kita dorong bergantian saat melewati jembatan yang kita buat dari botol minuman dan buku. Saat mobil-mobilan meluncur mundur karena tidak kuat menaiki jembatan, kamu tertawa. Saat mobil-mobilan berhasil melewati jembatan meski harus berhenti sejenak di tengah jembatan, kamu pun tertawa. Bahkan ketika mobil-mobilan tersebut terjungkal saat melewati jembatan, kamu juga tertawa.

Mungkin di lain waktu, kita bisa memainkan permainan yang lebih seru lagi, Syaikhan. Sampai jumpa lagi.

I love you.


Baca Juga Seri My Dearest Syaikhan Lainnya :

14 respons untuk ‘My Dearest Syaikhan : Keseruan di Bawah Langit Mendung

    • jampang Februari 19, 2016 / 15:09

      iya, terima kasih, mbak

  1. Jejak Parmantos Februari 19, 2016 / 15:22

    Ahh permainan perang2an itu, permainan andalan saat jam kosong dan saat belum mengenal gadget…

    • jampang Februari 19, 2016 / 15:27

      suka maun juga dulu yah 😀

  2. ardiantoyugo Februari 19, 2016 / 16:18

    mainan pas di kelas… duduk paling belakang mainan itu… :mrgreen:

    • jampang Februari 19, 2016 / 17:55

      Berarti masa kecil anda bahagia 😀

  3. eda Februari 19, 2016 / 20:22

    Waah.. Hebat jd pemenang.. Syaikhan ceria banget yaa bang 😀

    • jampang Februari 21, 2016 / 05:25

      Terima kasih, mbak.
      Iya. Seneng banget perang-perangan sama main mobil-mobilan

  4. capung2 Februari 19, 2016 / 20:30

    Seru rasanya bermain sma anak ya.. 😀

    • jampang Februari 29, 2016 / 11:12

      yup… seru dan senang

Tinggalkan jejak anda di sini....