Jadikan Aku Sahabatmu, di Duniamu dan Akhiratmu

Sayang, kamu masih ingat dengan kalimat yang kuucapkan ketika memintamu menjadi pendamping hidupku? Sayap. Ya, aku memintamu menjadi pengganti satu sayapku yang patah ketika mengarungi samudera kehidupan di sebuah masa lalu. Dengan kedua sayap, aku dan kamu, kita bisa seiring sejalan dalam menapak setiap jengkal kehidupan.

Ada yang mengatakan bahwa dirimu tercipta dari tulang rusukku. Untuk meluruskan tulang rusuk yang bengkok, katanya, harus perlahan-lahan. Bila terlalu keras, maka tulang rusuk itu akan patah. Bila terlalu lemah maka tak akan yang berubah dengan tulang rusuk itu. Tapi aku tidak akan mengubahmu dengan meluruskan tulang rusuk itu.

Kamu tahu kenapa?

Karena tulang rusuk itu memang bengkok. Tapi dengan bengkoknya, tulang rusuk itu bisa menopang dan melindungi organ-organ tubuh yang lemah seperti jantung, lambung, paru-paru, dan sebagainya. Dan aku tidak bisa membayangkan jika tulang rusuk itu berhasil diluruskan, pastilah ia akan melukai tubuh si empunya dari dalam. Sakit. Jika pun si empunya akan bertahan, maka, tulang-tulang rusuk itu akan keluar menonjol dari tubuhnya.

Aku tidak ingin hal itu terjadi. Aku akan membiarkan dirimu apa adanya. Hanya saja, aku akan mencoba untuk membuat dirimu lebih kuat. Dan sebagai timbal baliknya, dirimu akan tetap menopang keberadaanku di mana saja aku berada dan dalam kondisi apa pun.

Sayang, kamu adalah sahabatku dan aku adalah sahabatmumu. Kita selalu berjalan beriring, kadang kamu di sisi kananku, kadang kamu di sisi kiriku.

Bukankah tulang rusuk itu ada di sisi kanan dan kiri tubuh?

Seandainya dirimu tercipta dari tulang tengkorakku, mungkin kamu akan menjadi atasan dan aku menjadi bawahan. Seandainya dirimu tercipta dari tulang kakiku, mungkin aku yang menjadi atasan dan dirimu yang menjadi bawahan. Menurutku, bentuk kerja sama yang demikian hanyalah bersifat sementara. Tidak kekal.

Tetapi, karena kamu tercipta dari tulang rusukku, aku dan kamu berada dalam sebuah garis sejajar. Kita adalah partner. Dengan adanya rasa mahabbah di antara kita yang terjalin atas dasar mahabbah kepada Sang Maha Pencinta, maka persahabtan kita akan menjadi abadi. Berkekalan. Bukankah di akhirat kelak, Allah akan mengumpulkan kembali seseorang dengan orang-orang yang dicintainya di dunia?

Insya Allah…

Maka tetaplah menjadi sahabatku, di duniamu dan di akhiratmu.

Sayang, kamu tahu, bahwa persahabatan yang baik bukanlah persahabatan yang ada di masa-masa senang saja. Tetapi juga akan ada ketika menghadapi kondisi yang sulit dan menyulitkan. Persahabatan yang baik pun tak hanya ada dalam kebaikan, tapi juga harus ada dalam kezhaliman. Bukan. Bukan untuk saling membantu dalam kezhaliman, melainkan untuk mengingatkan ketika salah satu di antara kita akan melakukan kezhaliman agar tak ada yang terjerumus.

Sayang, aku memilihmu, bukan hanya karena dirimu yang baik, tetapi karena ada keyakinan bahwa dirimu akan menjadi wasilah untuk menjadikan diriku lebih baik. Atau setidaknya, kita bisa melangkah bersama-sama untuk menjadi lebih baik.

Maka tetaplah menjadi sahabatku, di duniamu dan di akhiratmu.