Kamu Adalah Pakaianku, Aku Adalah Pakaianmu

ilustrasi : http://www.aha-soft.com

Kamu adalah pakaianku, aku adalah pakaianmu. Kamu masih ingat dengan kalimat nasihat yang diambil dari salah satu ayat Al-quran itu, Sal? Aku yakin bahwa dirimu masih ingat. Nasihat itu kembali kita dengar dari seorang ustadz sesaat setelah aku secara sah menjadi suamimu.

Pakaian yang aku dan kamu kenakan tak hanya berfungsi untuk melindungi tubuh kita dari panas atau dinginnya cuaca dan gigitan serangga. Namun yang terpenting adalah untuk menutupi bagian dari tubuh kita. Penutup aurat. Karena tidak semua orang boleh melihat bagian tubuh yang merupakan aurat kita.

Sal, setelah kita menikah, setelah kita resmi menjadi suami-istri, maka masing-masing dari kita adalah pakaian untuk yang lainnya. Kamu adalah pakaianku, aku adalah pakaianmu. Fungsinya pun sama, untuk memberikan perlindungan satu sama lain. Bahkan lebih dari itu.

Masing-masing dari kita memiliki kekurangan. Di masa-masa berikutnya pun mungkin masing-masing kita akan melakukan kesalahan. Maka fungsi diriku dan dirimu sebagai pakaian satu sama lain harus dijalankan. Jika pakaian yang melekat di tubuh kita adalah untuk melindungi tubuh dan menutup aurat, maka sebagai suami-istri, fungsi yang harus kita jalankan menutupi apa yang menjadi aib diri kita masing-masing. Aku menjaga aibmu agar tak ada orang lain yang tahu kecuali kita berdua dan kamu melindungi aibku agar tak keluar dari rumah kita. Aib yang aku miliki akan menjadi kekurangan dirimu. Sebaliknya pun demikian, aib yang ada pada dirimu akan menjadi kekurangan diriku. Sebab kita telah menyatu.

Jika aku menceritakan apa yang menjadi kekuranganmu kepada rekan-rekanku, itu adalah sebuah kesalahan. Begitu pula jika dirimu memasang status di jejaring sosial yang berisi kekuranganku, itu merupakan sebuah kesalahan. Mungkin kesalahan yang lebih besar, karena dampaknya lebih luas. Seisi dunia bisa tahu. Karenanya, kita harus menghindari yang demikian.

Sal, katanya, ketika aku menikahimu maka aku juga harus ‘menikahi’ keluargamu. Begitu juga sebaliknya. Jika memang benar demikian, maka bukan kekurangan dirimu saja yang harus aku lindungi, tetapi juga kekurangan keluargamu. Dirimu pun bukan saja harus menjaga aibku, tetapi juga aib keluargaku.

Ketika dirimu menceritakan apa yang menjadi kekurangan ibuku, ayahku, atau adik-adikku kepada teman-temanmu, itu adalah sebuah kesalahan. Begitu pula jika aku memasang status di jejaring sosial yang berisi kekurangan ibumu, ayahmu, atau kakak-kakakmu, itu merupakan sebuah kesalahan. Mungkin kesalahan yang lebih besar, karena dampaknya lebih luas. Seisi dunia bisa tahu. Karenanya, kita harus menghindari yang demikian.

jika kesalahan itu begitu nyata
samarkan dengan cinta
tutupi dengan rasa sayang yang ada

jika kekurangan itu begitu jelas
samarkan agar tak menetas
tutupi agar tak meluas

jika aib itu begitu besar
samarkan agar tak melebar
tutupi agar tak menyebar

Sal, aku sangat berharap bahwa kita bisa menjalankan fungsi penting tersebut di dalam keluarga kita dengan sebaik-baiknya. Fungsi bahwa kamu adalah pakaianku, aku adalah pakaianmu.


Seri Samara Lainnya :

22 respons untuk ‘Kamu Adalah Pakaianku, Aku Adalah Pakaianmu

  1. herma1206 Agustus 15, 2013 / 20:17

    puisinya bagus..suka banget… 😀

    • jampang Agustus 15, 2013 / 20:55

      terima kasih. kayanya bakal dimasukin dalam buku 😀

      • herma1206 Agustus 15, 2013 / 21:24

        ayo..ayo..semangat diselesain novelnya…dah gak sabar numpang ngetopnya.. 😀

      • jampang Agustus 15, 2013 / 21:30

        mudah2an akhir pekan ini bisa selesai. kalau nggak selesai, ya seadanya 😀

      • herma1206 Agustus 15, 2013 / 21:32

        wuiiih…cepet juga yah…kirain sebulanan gitu..
        *padahal tadi nyuruh buruan.. 😀

      • jampang Agustus 16, 2013 / 04:35

        ya… sedapatnya aja. laama kalau nggak selesai ya percuma juga

      • herma1206 Agustus 16, 2013 / 07:47

        okee…siip..lanjutkan…
        semangaaaat.. 😀

      • jampang Agustus 16, 2013 / 07:56

        terima kasih

Tinggalkan jejak anda di sini....