Pada postingan sebelumnya yang berjudul “Mawar Berduri di Dalam Diri”, ada yang berpendapat bahwa tulisan itu menjurus kepada sosok perempuan. Sementara yang saya maksud tidaklah spesifik demikian. Tapi tak mengapa. Mungkin karena saya menjadikan kata “mawar” sebagai bagian dari judul dan menyebut kata tersebut di dalam tulisan tersebut yang identik dengan sosok perempuan.
Maka di tulisan kali ini, saya akan membahas secara jelas tentang perempuan. Mudah-mudahn tidak ada perempuan yang merasa tersinggung setelah membaca tulisan ini.
Di unit kerja tempat saya bertugas, jumlah pegawai perempuan hanya sekitar 13% dari seluruh total pegawai. Unit kerja saya menempati gedung berlantai enam belas. Namun tidak semua lantai digunakan untuk ruang kerja pegawai. Jadi mungkin hanya beberapa lantai saja yang digunakan dan jumlah pegawainya mungkin tidak sebanyak unit kerja saya dengan total pegawai 139 orang.
Ada enam lift yang beroperasi di dalam gedung. Dua lift khusus pejabat, sedang empat lainnya bisa digunakan oleh semua pegawai.
Dengan kondisi demikian, bila hari jum’at dan sudah tiba waktu shalat jum’at, maka tak banyak pegawai yang menumpuk di dalam satu lift, apalagi pegawai perempuan. Keberangkatan menuju masjid pun tidak tertunda.
Kejadian berbeda saya alami hari ini. Hari ini saya ditugaskan mewakili atasan saya untuk rapat di gedung baru. Gedung yang terletak di sebelah gedung tempat saya bekerja yang terdiri dari 27 lantai. Rapat dilaksanakan di lantai 16.
Rapat selesai sekitar pukul setengah dua belas. Saya dan beberapa pegawai langsung menuju menuju lift untuk turun. Kami berdiri di depan lift. Menunggu.
Salah satu dari empat pintu lift yang digunakan khusus lantai 14-17 terbuka. Ternyata sudah penuh dengan para pegawai dari lantai atas. Di antara mereka terlihat beberapa pegawai perempuan. Saya tak jadi masuk. Pintu lift menutup kembali. Turun.
Sekian menit kemudian, kembali salah satu pintu lift terbuka. Lift pun sudah dipenuhi oleh para pegawai pegawai dari lantai atas. Saya kembali melihat di antara beberapa pegawai perempuan. Saya tak jadi masuk. Pintu lift menutup kembali. Turun.
“Harusnya kalau jam segini, yang perempuan jangan naik lift dulu!” Ujar salah seorang pegawai yang menunggu lift bersama saya.
Saya paham. Saya dan pegawai yang mengucapkan memang tidak bekerja di gedung tersebut sehingga tidak tahu kondisi yang mungkin bagi pegawai di sini sudah terbiasa. Mereka sudah maklum. Sementara saya menginginkan kondisi seperti yang diucapkan pegawai yang berdiri di sebelah saya.
Saya berandai-andai. Jika saja para pegawai perempuan tersebut dan mungkin juga para pegawai perempuan yang bekerja di gedung-gedung pencakar langit lainnya berdiam sejenak di ruang kerja mereka hingga pelaksanaan shalat jum’at dimulai, maka para pegawai lelaki akan lebih mudah dan lebih cepat menuju masjid untuk menunaikan shalat jum’at.
Saya berandai-andai. Jika saja para pegawai perempuan tersebut dan mungkin juga para pegawai perempuan yang bekerja di gedung-gedung pencakar langit lainnya melakukan hal tersebut dengan niat memberi keleluasaan bagi para pegawai lelaki berngkat ke masjid untuk menunaikan shalat jum’at dengan lebih mudah dan lebih cepat, mungkin bagi mereka ada bagian pahala. Insya Allah.
Wallahu a’lam.
Tulisan Terkait Lainnya :
saya kerja di kantor yang ga ada liftnya. jadi nggak bisa komen apa-apa. tapi kalau di kantor dulu sih pas jum’atan ya diam di kantor sambil nunggu jam makan siang. sedang di kantor sekarang jam 11 udah boleh pulang π
Jam 11 udah boleh pulang? Enak banget cuma setengah hari doang π
iya. alhamdulillah π
Setiap hari pulang jam 11?
ya nggak lah. senin sampai kamis absen setengah 8 pulang jam 4. jum’at absen jam 7 pulang jam 11. sabtu libur. dan ternyata nggak se-strict yang saya pikir jam kerjanya. yah masih bisa keluar-keluar kantor gitu deh
Kirain tiap hari.
Nah bener kan… Nggak seburuk yg dikhawatirkan
iya. satu aja sih yang kurang. nggak boleh pakai rok π¦
ntar kapan-kapan saya tulis tentang kantor baru ah
Yah… Masa nggak boleh pake rok.
Nggak seruuuu π
Iya… Ceritain aja
iya. nggak tau deh kenapa sdm-nya gitu. waktu saya tanya boleh nggak pakai rok bilangnya “nggak boleh, mba. harus ikut peraturan perusahaan.” kalau kebijakan yang lain sih pro muslim
ayo mba… bikin perubahan π
iya, nih mas. teman-teman juga bilang gitu. semoga ada jalannya π
insya Allah…. ada jalannnnn
*fadlimodeon*
lebih suka maher zein π
insya Allah, there is a way….
*maherzeinmodeon…. KW2*
π
π
Widiiiiiw…emotnya….
Di kantor lama klo pas jumatan akhwatnya kajian di musholla atau tahsin…
π
Emotnya duluan dibahas
Di sini akhwatnya juga ada kajian
Abis ngeliatnya pake hape, jadi lagsung cling bnaget di antara tulisan π
“Akhwat” dlm arti sempit atau akhwat secara umum(wanita) yg ikut kajiannya?
Secara umum kali. Saya kan nggak ikutan π
Oowh..syukurlah..kirain khusus “akhwat”
Ya iyalah gak ikutan..mas rifki kan ikhwan, bukan akhwat.. π
eksklusif kan kurang bagus.
saya kan shalat jumat π
yup bener…ntar ilmunya buat sendiri..
btw..kantornya di mana sih?
letak kantor di jalan gatot subroto
oowh..dkt RSPAD?
dlu ayah sy jg di gatot subroto kantornya
bukan… RSPAD mah deket daerah Senen. saya kantornya deket sama jembatan semanggi
klo ama pusdikum deket?
pusdikum itu apa? pusat pendidikan keuangan umum?
lurus aja dari patung pancoran π
jiaaah..ngasih singk. saenak dewek π
pusdikumad: pusat pend.hukum angk.darat
*gak tau patung pancoran π
π
kalau yang itu, saya juga nggak tahu π
hehe..yo wes klo begitu π
bailklah π
Rasanya di negeri kita ini justru laki-laki sering didahulukan. Waktu kecil, saya sering mempertanyakan jika ada acara selamatan atau pengajian di rumah kakek di kampung, sejak pagi kaum wanita sudah sibuk di dapur untuk memasak dan mengolah makanan,dan itu belum dihitung mereka sudah berbelanja ke pasar sehari atau dinihari sebelumnya. Seharian bersibuk memasak hingga kelelahan. Tapi giliran makan sehabis selesai pengajian, justru kaum pria yang didahulukan. Yang memasak (yg notabene kaum wanita) justru yang terakhir menikmati masakannya (dan seringkali hanya bisa menikmati sisanya).:D
Terkait postingan ini, sebaiknya ada tata tertib khususnya hari2 tertentu misalnya hari jum’at yang bisa memberikan kenyamanan pada semua fihak. Jika karyawan pria perlu bersegera bersiap untuk berjama’ah shalat jum’at. Bukankah karyawan wanitapun perlu bersegera bersiap untuk shalat fardhu dzuhur ?.karena waktu beribadah dan makan siang sama-sama terbatas.
gedung kantor tempat saya kerja… Tiap lantai ada mushallanya, teh. Jd kalau yg perempuan bisa shalat di mushalla dan ngga perlu pake lift. Kalau mau makan ya… Mau nggak mau harus keluar gedung
π
Emotnya lucu … Tp blm bs … π¦
Kantor2 skrg agak susah nemuin lift yg ngga da perempuannya apalagi klo hr jum’at n kntr dkt dgn mall or pasar dadakan, mereka biasa ingin lbh cpt keluar kntr krn wkt istirahat yg agak lbh awal n sedikit panjang.
coba aja googling cara mambahin gambar ke wordpress, banyak titorialnya kok.
ya… mungkin itu penyebabnya.. memaksimalkan waktu istirahat yang lebih panjang π
Iy nnt d cb lg …
Yup bnr … Klo saya memanfaatkan waktu istirahat yang lebih panjang dgn cr tidur berjamaah or main komputer … π
π
lebih gampang begitu
Nnt d coba lg …
Yup … Tp walau saya keluar dr ruangan jg ngga trll ngaruh jg sih krn kntr byk liftnya n letak ruangan yg tdk memerlukan lift … π
enak kalau begitu. bisa cepet
Iy bs cpt kabur … π
π
Wah kalo aye cuma ada tangga tu bang di sekolah aye.. paling kalo mo mkn ya nunggu orang solat jumat.. kan yang aye tau tu bang gk blh melakukan jual beli pada saat solat jum’at jika penjualnya seorang laki-laki.. ya kaga bang??
ya selain ntu penjaga sekolahnya kan lg slt jum’at jd gk bs dimintain tlg jg.. π
iya. jual-beli nggak boleh pas lagi waktu shalat jumat buat lelaki.
iye lagipula di daerah aye ngajar warung2 pada tutup kalo slt jum’at bang… sama aja kan mesti nunggu org slt jum’at…
Bagus itu. Sesuai perintah di al-quran
iya… walaupun gk tutup juga kan qta tau hukumnya masa msh dilanggar aje.. iye kaga bang??
Betul. Betul. Betul.
kayanye ngomognye pake gaya upin ipin ye.. π
beda. kalau upin bilangnya “betul betul betul’ saya kan bilangnya “betul. betul. betul.’ ada jedanya π
Tetep aje gayanye kya upin ipin smbl ngangguk2.. Ye bang.. π
Nggaklah.
Kenapa tidak diusulkan ke managemen hal seperti ini?
karena seperti cerita di atas, saya nggak mengalaminya tiap hari, baru sekali itu kejadiannya.
saya cuma menulis apa yang ada di dalam pikiran saya. kalau keberatan, mungkin yang paling merasa adalah mereka yang bekerja di gedung tersebut, tapi mungkin mereka sudah terbiasa dan sudah mengantisipasi, sudah memaklumi kondisi tersebut seperti yang sudah saya tulisa di cerita di atas
Sampai baca dua kali tulisan ini. Jadi intinya adalah keberatan perempuan menuhin lift saat jam yang bersamaan dengan para lelaki yang mau sholat jumat kan ya.
Hmm.. kenapa gak pakai tangga darurat? soalnya negara kita kan bukan negara Islam yang ada pembatas antara perempuan dengan laki-laki. jadi ga musti dong perempuan diam di kantor menunggu sampai yang jumatan kelar berangkat. Kecuali penjaga kantor ya atau kantor kecil.
Kemudian, kenapa juga kalau satu lift dengan perempuan?
tangga darurat bisa jadi pilihan. cum saya nggak mau turun dari lantai 16 melalui tangga darurat… apalagi kalau saya berada di lantai 20… atau 25
di tulisan saya nggak menyebutkan perempuan harus diam di kantor atau di ruangan sampai jumatan selesai koq.
coba dilihat lagi tulisan atau cerita saya di atas, saya tidak mempermasalahkan satu lift dengan perempuan, malahan saya pernah menulis cerita ketika saya berada di lift bersama perempuan. cuma di waktu mau jumatan aja yang saya bahas di atas
Judul tulisan, βDuhai Perempuan, Ada Pahala Dalam Diammuβ. Isi tulisan mengenai lift yang penuh karena perempuan-perempuan turun saat para laki-laki akan berangkat sholat jumat.
Baca dari judul, isi tulisan dan komentar yang meng iyakan dan komentar sedikit keberatan membuat alur cerita ini lebih mengarah ke judul tulisan bahwa para perempuan sebaiknya diam di kantor saat para lelaki akan ke masjid sholat jumat karena ada pahala dalam diammu.
Diam itu kan artinya tidak bicara, kan ya?sedangkan diam untuk tidak bicara tidak ada uraiannya misal berisik di dalam lift.
Jadi sedikit rancu antara judul dan isi tulisan kalau maksudnya diam tidak bicara. Kecuali maksudnya para perempuan diam di kantor saat jumatan supaya tidak menuhi lift.
Hanya kok ya perempuan-perempuan itu kan bukan istri dari lagi-laki itu. Kalau istrinya, baru kan dapat pahala terlebih menyediakan makan siang untuk santapan suaminya pulang sholat jumat, Iya ga sih?
Bagaimana misal jika diantara perempuan-perempuan itu ada yang hendak pulang untuk menyediakan santapan untuk suaminya.
Maap saya hanya mencoba untuk memahami maksud tulisan yang disampaikan dengan segala keterbatasan pengetahuan mengenai perempuan dan laki-laki secara islam.
diam menurut KBBI adalah :
(1) tidak bersuara (berbicara)
(2) tidak bergerak (tetap di tempat)
(3) tidak berbuat (berusaha) apa-apa
saya menggunakan arti nomor 2 untuk cerita di atas.
di dua paragraf terakhir, saya hanya berandai-andai saja… jika perempuan itu diam (tidak bergerak, tetap berada di ruang kerjanya) dengan berniat memberikan keleluasaan kepada para pegawai laki-laki yang ingin berangkat shalat jumat, maka akan mendapatkan pahala.
saya menganalogikannya dengan seseorang yang memberikan jalan kepada orang lain yang memang butuh cepat, misalnya mendahulukan ambulance yang membawa pasien ke rumah sakit.
apakah benar dengan apa yang saya andai-andaikan itu, saya juga tidak tahu, makanya di bagian akhir tulisan saya tambahkan kata wallaahu a’lam. Allah yang lebih tahu.
Mohon maap kalau ada yang tidak berkanan, karena saya masih dalam taraf belajar dan saya mengacunya ke sini
Dari Abu Hurairah R.A, sesungguhnya Rasulullah S.A.W telah bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam :
“Dan janganlah kamu menurut sesuatu yang tiada dalam pengetahuan (ilmu). Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya kelak pasti akan dimintai tanggung jawabnya” – (Isra’:36)
Ya gpp.
Diam yg dimaksud pada judul di atas sebenarnya sudah dijelaskan di paragraf kedua sebelum akhir tulisan yang isinya :
“.. yang bekerja di gedung-
gedung pencakar langit lainnya berdiam sejenak di ruang kerja mereka hingga pelaksanaan shalat jumβat dimulai, ….”
Jadi diam di situ maksudnya bukan bicara.
π