Manusia Merencanakan Allah Menentukan

mesin_pencatat_kehadiran
Hujan masih menyapa bumi setiap hari. Beberapa hari yang lalu, kemarin, juga hari ini. Beberapa kali hujan turun di tengah malam. Sementara di lain waktu, kehadirannya muncul bersamaan dengan waktu pagi. Alhamdulillah. Allah masih menurunkan air ke bumi ini.

Kemarin pagi, saya dan Minyu menunda keberangkatan ke kantor karena hujan turun lumayan lebat. Ketika rintik-rintiknya saja yang tersisa, barulah kami berangkat.

Sudah menjadi hal yang biasa jika selepas hujan, maka lalu-lintas menjadi kurang lancar. Tersendat di beberapa jalur yang saya dan Minyu lalui. Karena kami berangkat lebih siang dan harus mengurangi laju sepeda motor ketika di hadapan terdapat banyak kendaraan lain yang pamer paha (padat merayap tanpa harapan), maka waktu perjalanan semakin lama.

Tiba di kantor, angka di mesin pencatat kehadiran menunjukkan pukul 07:34:03. Saya terlambat. Sementara Minyu tidak. Waktu masuk di tempat Minyu lebih siang dibandingkan di kantor saya.

“Besok kita berangkat lebih pagi aja biar nggak telat!” Minyu mengusulkan demikian. Tentu saja saya mengiyakan.

Pagi ini, pukul lima lewat tiga puluhan menit, saya sudah mengenakan pakaian kerja. Sementara Minyu sedang bersiap diri. Saya perkirakan, pukul enam kami berdua bisa sarapan dengan santai, tidak terburu-buru. Sekitar pukul setengah tujuh, kami akan berangkat. Begitulah rencana yang terbersit di dalam benak pikiran saya. Insya Allah, hari ini tidak terlambat lagi.

Ketika kami sarapan, terdengar rintik-rintik air yang mengenai dedaunan di pohon, genting, dan jalan. Ya, hujan turun lagi. Alhamdulillah. Kami tetap melanjutkan sarapan karena masih banyak waktu. Mungkin dalam hitungan belasan menit ke depan, hujan akan reda dan kami bisa berangkat ke kantor.

Ternyata, hujan turun lebih lama dari yang saya perkirakan. Kami berangkat sekitar pukul tujuh pagi, setelah hujan berhenti. Di perjalanan, kembali kami mendapati kemacetan di beberapa titik. Semua kendaraan maju perlahan.

Pagi ini, mesin pencatat kehadiran menyimpan data jam kedatangan saya di pukul 07:41:39. Saya terlambat lagi dengan waktu keterlambatan lebih lama daripada kemarin pagi.

Mungkin kalimat yang saya jadikan judul coretan ini sangat cocok dengan kondisi yang saya alami. Saya sudah merencanakan sesuatu, namun Allah menentukan lain.

Iseng-iseng saya melakukan googling dengan key word judul di atas dan membuka beberapa artikel yang berjudul sama atau yang membahas hal yang mungkin serupa. Hasilnya, sebagian besar artikel tersebut membahas atau bercerita tentang kejadian atau peristiwa yang mungkin dikategorikan sebagai musibah. Rencana yang sudah tersusun rapi, ternyata gagal terlaksana atau mungkin terlaksana tetapi hasilnya kurang memuaskan. Sepertinya, saya pun sering mengucapkan kalimat tersebut ketika apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang direncanakan, termasuk di coretan ini.

Namun demikian rasanya ada ketidakadilan ketika saya mengucapkan kalimat tersebut di saat apa yang Allah hadirkan di bawah apa yang kita harapkan. Sementara saya tidak mengucapkan demikian ketika apa yang Allah hadirkan di atas apa yang kita harapkan. Padahal, kalau dipikir-pikir, bukankah lebih banyak kebaikan yang terjadi di sekeliling yang mungkin di luar apa yang direncanakan?

Jangan-jangan diri ini menganggap kebaikan itu adalah hal yang biasa-biasa saja karena selalu dikelilingi dengan hal-hal yang penuh kebaikan. Bukankah sesuatu yang biasa dirasa akan menjadi kebiasaan dan kemudian indra perasa tak lagi merasa asing dengannya? Ketika seseorang melewati timbunan sampah di kali pertama, dirinya akan segera menutup hidung. Tak kuat dengan baunya. Menganggap bau sampah itu adalah masalah. Namun, bila di setiap waktu dirinya melewati tempat yang sama secara berulang-ulang, dirinya akan terbiasa. Dirinya tak lagi bermasalah dengan bau sampah tersebut.

Sebaliknya, karena diri ini sesekali saja mendapatkan hal-hal yang tidak baik, maka yang demikian menjadi sesuatu yang luar biasa. Karenanya, hal yang luar biasa itu dikembalikan kepada Yang Maha Luar Biasa.

Padahal, segala kebaikan dan keburukan yang terjadi, semuanya atas rencana dan kuasa Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Wallaahu a’lam.


Tulisan Terkait Lainnya:

28 respons untuk ‘Manusia Merencanakan Allah Menentukan

  1. Inge Febria Februari 5, 2014 / 12:04

    minggu lalu aku sempet TL4 1 kali, sisanya TL 1 huhuhu….

    macetnya luar biasa

    • jampang Februari 5, 2014 / 12:09

      jadi pulangnya mundur atau tetep tenggo?

  2. Iwan Yuliyanto Februari 5, 2014 / 12:10

    Betul sekali, nyatanya lebih banyak kebaikan yang terjadi di sekeliling yang mungkin di luar apa yang direncanakan. Tapi malah dianggapnya sebagai sesuatu yang biasa.
    Begitu dikasih yang sebaliknya, eh … langsung mengeluh 🙂

    #NtMS

    • jampang Februari 5, 2014 / 12:40

      melupakan yang banyak karena yang sedikit ya , pak 😀

  3. nengwie Februari 5, 2014 / 12:54

    Waaaah jd bertanya-tanya sama diri sendiri, jangan2 saya pun begitu yg selalu mengeluh 😦

    Jazakalloh khoir kang sudah mengingatkan.

    • jampang Februari 5, 2014 / 13:02

      sebagai manusia, umumnya kita memang sering begitu koq, teh 😀

  4. fenny Februari 5, 2014 / 18:05

    Kyknya saya termasuk yg srg mengeluh, tp terkadang berpikir lg ketentuan Allah lbh indah dr rencana manusia n biasanya ada hikmah di baliknya. 🙂

    • jampang Maret 4, 2014 / 05:50

      ada banyak hikmah di balik sebuah peristiwa yang mungkin terasa tidak menyenangkan

  5. Dyah Sujiati Februari 5, 2014 / 20:36

    Kebaikan datangnya dari Allah. Namun keburukan datangnya dari kita sendiri.

  6. Baginda Ratu Februari 5, 2014 / 20:37

    Pamer paha:padat merayap tanpa harapan? Hahaha… kocak!
    Mas, masih di kapus, kan? Emang tinggal di daerah mana, sih? Kok berangkatnya bisa nyantai gitu… berarti biasa dari rumah jam stgh 7, ya? Emang kalo gak hujan, keburu gitu? Tapi msh mending sih, di jkt telat bbrp menit bisa diganti dgn mundurin jam pulang. Di bandung kan nggak, jadi telat 1 menit sm setengah jam ya sama aja perihnya… 😆

    • jampang Februari 6, 2014 / 07:45

      iya, saya di kapus. tinggal di daerah deket pos pengumben. kalau berangkat sendiri saya berangkat jam 7. karena nganter minyu, jadi jam tujuh kurang.

  7. edi padmono Februari 5, 2014 / 22:32

    Manusiawi jika mengeluh, namun harus segera instropeksi dan mengambil hikmahnya.

    • jampang Februari 6, 2014 / 07:47

      yup. begitu tentunya akan lebih baik

  8. elok46 Februari 6, 2014 / 07:59

    lebih mudah mengeluh daripada instropeksi diri
    saya berkunjung dijakarta hanya 2 minggu saja sudah mengeluhnya luar biasa gimana kalo menetap disana
    hahahaha masyaallah manusia

    • jampang Februari 6, 2014 / 08:01

      😀
      mungkin penduduk jakarta sudah terbiasa dengan kondisi sekarang, makanya pada betah…. walaupun tiap tahun kena banjir, nggak mau pindah.

      atau…. nggak ada pilihan lain selain menetap di jakarta

      • elok46 Februari 6, 2014 / 13:47

        hahaha betuuuuuuuuuuuuuuuuul

      • jampang Februari 6, 2014 / 13:53

        dan…. begitulah hasilnya

  9. Orin Februari 6, 2014 / 08:36

    kalo dating telat, berarti pulang harus on time bang heuheu

    • jampang Februari 6, 2014 / 09:17

      yang bener kalau datang telat… pulang harusnya lebih cepat, teh 😀

  10. Yudhi Hendro Februari 6, 2014 / 22:21

    saya pagi jam enam malah udah berangkat dari rumah, mas. jalan kaki ke kantor 🙂

    • jampang Februari 7, 2014 / 05:21

      setengah enam dengan jalan kaki sampe kantor?
      dekatkah kantornya?
      atau jalan kaki terus naik angkot? 😀

      • Yudhi Hendro Februari 7, 2014 / 15:16

        kantornya dekat, cuma 10 menit jalan kaki. tiap hari seperti itu 🙂

      • jampang Februari 7, 2014 / 15:19

        hwa…. enak banget itu, pak

      • Yudhi Hendro Februari 8, 2014 / 07:56

        ya, karena di tengah hutan 🙂

      • jampang Februari 8, 2014 / 08:15

        hayyyaaaa…..

  11. danirachmat Februari 8, 2014 / 05:56

    Benr banget Bang, saya juga seneng banget mikir gitu kalo ada yang gak enak, tapi kalo yang enak-enak lupa deh. Maturnuwun Bang. 🙂

    • jampang Februari 8, 2014 / 06:19

      sama-sama, mas. semoga ke depannya kita akan selalu ingat bahwa segalanya terjadi atas izin dan kehendak Allah

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s