
Bahagia itu, bisa dirasakan oleh siapa saja. Semua orang bisa bahagia. Mereka hanya perlu memilih untuk bahagia. Yup, bahagia adalah pilihan.
Saya pernah menulis sebuah coretan tentang kapan dan di mana seseorang bisa mendapatkan kebahagiaan. Coretan tersebut saya beri judul “Perisai Hati Untuk Alif” yang kemudian saya ubah redaksi serta judulnya untuk kemudian saya satukan bersama coretan saya yang lain ke dalam naskah buku yang saya ajukan ke sebuah penerbit. Inti dari coretan tersebut adalah, setiap orang bisa bahagia. Seseorang hanya perlu memilih kapan saja dan di mana saja dirinya bisa merasakan kebahagiaan.
Jika setiap orang bisa membuat dirinya memilih untuk menjadi bahagia kapan dan di mana saja, maka setiap waktu di dalam hidupnya, pasti akan selalu merasakan kebahagiaan. Saya pun seharusnya bisa selalu berada dalam kondisi bahagia jika saya bisa melakukannya. Saya sedang belajar untuk itu.
Salah satu cara saya untuk mengabadikan momen bahagia yang pernah saya rasakan adalah dengan menulis cerita-cerita bahagia tersebut ke dalam sebuah catatan blog. Dengan harapan, ketika saya membacanya kembali di saat saya berada dalam kondisi jatuh atau terpuruk, saya bisa menemukan sebuah titik kebahagiaan sebagai penyemangat hidup dan memabangunkan jiwa dan diri saya untuk bangkit kembali.
Saya tidak membagi kadar bahagia menjadi beberapa tingkatan seperti sedikit bahagia, cukup bahagia, atau paling bahagia. Menurut saya, bahagia hanya ada satu ukuran, yaitu bahagia. Itu saja. Sebab kebahagian datang dalam bentuk dan wujud yang berbeda-beda, maka saya merasa tidak patut jika membandingkan kebahagiaan yang satu dengan kebahagiaan yang lain. Jika boleh saya meminjam istilah berbahasa inggris, maka membandingkan antar kebahagiaan tersebut bukanlah perbandingan aple to aple.
Mungkin, sejatinya, sudah banyak kebahagiaan yang pernah saya rasakan. Hanya saja, tidak semua momen bahagia tidak saya catat, tidak saya ingat, atau bisa jadi saya tidak menganggap momen tersebut adalah momen yang membahagiakan diri saya. Hiks!
Beberapa momen bahagia, saya rasakan lebih dari satu kali. Misalnya memiliki anak, menikah, dan memiliki rumah. Karenanya saya tidak momen bahagia tersebut untuk saya ceritakan di sini. Saya memilih untuk menceritakan momen bahagia yang saya rasakan baru sekali dan berkeinginan untuk mengulanginya. Lagi. Dan lagi. Insya Allah. Momen tersebut adalah ketika buku hasil karya saya bisa terpampang di rak toko buku terkemuka. Berikut ini adalah kisahnya.
Di masa-masa awal perkenalan saya dengan internet, saya sering mengumpulkan artikel-artikel yang saya dapatkan dari berbagai sumber, baik dari website maupun dari milis. Saya sering pergi ke warnet untuk sekedar meng-copy-paste artikel-artikel tersebut ke dalam disket untuk kemudian saya edit dan susun kembali di rumah. Dengan bantuan sebuah software, artikel-artikel yang telah saya jadikan file-file HTML lengkap dengan link-linknya, saya kompilasikan menjadi sebuah file berbentuk CHM. Maka jadilah file yang kemudian saya beri nama dan terkenal dengan sebutan “Bunga Rampai” yang kemudian saya kirimkan kepada teman-teman saya dengan mengupload file tersebut di jaringan intranet kantor.
Sekitar tahun 2003-2004 saya mengenal yang namanya CiBlog alias Cicadas Blog, sebuah website milik sebuah unit kerja di tempat saya bekerja yang memfasilitasi pembuatan blog khusus kalangan intern. Saya pun aktif di sana. Mungkin saya termasuk anggota yang rajin melakukan posting baik tulisan sendiri maupun hasil copy-paste dari tempat lain.
Pada masa selanjutnya, akses ke CiBlog semakin sulit. Entah apa penyebabnya, saya tak tahu pasti. Akhirnya saya beralih ke internet untuk membuat blog.
Di blog internet, saya hanya memposting coretan-coretan saya, kadang berupa cerita keseharian, kadang berupa puisi.
Di masa berikutnya, saya mencoba mengirim tulisan saya ke rubrik “oase iman” di eramuslim.com. Tanpa saya duga, tulisan tersebut dimuat. Senanglah hati saya dan semakin semangat untuk menulis. Hingga akhirnya, saya menemukan dari hasil browsing bahwa ada beberapa artikel buah karya saya yang di-copy-paste tanpa memuat sumbernya dengan jelas.
Ada perasaan kecewa yang muncul di hati saya mendapati kenyataan tersebut. Namun di sisi lain, ada teman-teman yang mengatakan bahwa itu pertanda tulisan saya memiliki kwalitas yang baik sehingga banyak yang berminat. Saya berpikir ada benarnya juga pendapat tersebut. Lalu ada juga yang mengusulkan agar saya membukukan tulisan-tulisan saya.
Suatu ketika, saya mendapat informasi tentang adanya sebuah lomba yang bertema “membukukan blog”. Dengan modal nekat, saya pun mendaftarkan diri dalam lomba Tersebut. Hasilnya, saya kalah.
Namun demikian, keinginan saya untuk membukukan tulisan-tulisan saya tetap ada. Akhirnya saya mencari informasi mengenai bagaimana caranya menerbitkan sebuah buku. Saya menemukan tiga cara untuk menerbitkan sebuah buku, yaitu melalui penerbit major dan penerbit indie.
Setelah mempertimbangkan segala kelebihan dan kekurangan dari masing-masing penerbit, akhirnya saya memutuskan untuk menjadikan blog ke dalam bentuk buku melalui penerbit indie.
Akhirnya, pada tanggal 25 Oktober 2011, buku pertama saya yang berjudul “Jejak-jejak yang Terserak” selesai dicetak dan siap dipasarkan. Semua proses, mulai dari mencari jasa percetakan yang murah, konsultasi, hingga memasarkan buku saya tersebut saya lakukan sendiri melalui media internet.
Saya memang sudah berhasil menerbitkan buku secara indie, namun buku tersebut tidak akan ditemukan di toko buku terkemuka. Impian saya berlanjut . Saya ingin buku saya terpampang di dalam rak toko buku terkemuka.
Di awal-awal tahun 2013, saya membaca sebuah status dari salah seorang kontak di facebook yang menyampaikan bahwa ada sebuah penerbit yang bersedia menerima naskah buku fiksi atau non fiksi bernuansa Islami. Saya berpikir, sepertinya ini sebuah jalan yang harus saya coba. Tak ada ruginya.
Saya lalu memperbaiki naskah buku “Jejak-jejak yang Terserak” yang sebelumnya sudah saya terbitkan secara indie. Awalnya saya ragu. Namun setelah saya mendapatkan semacam isyarat bahwa tidak masalah, saya pun memberanikan diri untuk mengirimkan naskah tersebut. Tanggal 31 Mei 2013, saya mengirimkan naskah kepada penerbit.
Selanjutnya, saya menunggu.
Pada tanggal 9 Juli 2013, saya mendapatkan sebuah pesan melalui inbox facebook dari pihak penerbit.
“Naskah yang anda kirimkan sudah kami review. Kami akan menerbitkan naskah tersebut. Insya Allah dalam waktu 2-3 bulan ke depan sudah bisa terbit.”
Alhamdulillah. Naskah saya bisa diterbitkan.
Tanggal 3 September 2013, Saya mendapat pemberitahuan bahwa tahap desain cover akan segera dilaksanakan dan saya diminta untuk membuat sinopsis atas naskah yang saya kirimkan. Saya membuatnya dan kemudian mengirimkannya.
Tanggal 12 September 2013, saya dikirimkan hasil desain cover buku yang nantinya akan diterbitkan. Jika saya setuju, maka proses pencetakan akan segera dilakukan. Tentu saja saya setuju 😀
Tanggal 12 Oktober 2013, paket berisi surat perjanjian dan enam buah buku “Jejak-jejak yang Terserak” sebagai bukti terbit tiba di rumah. Ketika saya membuat coretan mengenai terbitnya buku tersebut dan dapat dibeli di toko buku terkemuka, ada beberapa komentar yang memberitahukan bahwa mereka sudah melihat buku saya tersebut terpampang di salah satu rak toko buku Gramedia. Alhamdulillah. Sungguh kabar yang membahagiakan bagi saya.
Demikian cerita salah satu momen bahagia yang pernah saya rasakan. Bagaimana momen bahagia yang pernah Anda rasakan?
Tulisan Terkait Lainnya :
- One My Happy Moment : Ada di Toko Buku
- 1000 Lebih 1000 Kurang
- World Book Day : Hari Buku Sedunia, Pamer Buku yang Ada
- Jejak Langkah Seorang Penulis Yang Sudah Punya Nama
- Menyambung Impian
- Mencoba Membuat Sebuah Sinopsis
- Kelapa dan Terong
- Wali VS Kamu
- Pesan Bahagia
- Jejak-jejak di Borneo : Palangkaraya – Sampit – Pangkalanbun
pasti seneng banget ya om, kalo karya sendiri bisa dinikmatin orang banyak 😀 apalagi bisa dicari dengan mudah..
sukses terus om 😀
iya mas. alhamdulillah 😀
terima kasih
alhamdulillahhh 😀
saya suka quote ini >>> setiap orang bisa bahagia. Seseorang hanya perlu memilih kapan saja dan di mana saja dirinya bisa merasakan kebahagiaan.
barakallah sudah masuk gramedia
terima kasih, mbak
Wah semoga menang ya..
Wah mau juga isa punya buku sendiri.
terima kasih, mbak
bisa dicoba mbak. dari tulisan di blog.
Semoga saya dapat menyusul merasakan kebahagiaan yang serupa. 🙂
aamiin. antologinya udah ada kan, mas?
Kalau antologi sih udah beberapa. Yang masuk toko buku baru tiga, dan tulisanku di sana cuma dua sampai tiga halaman doang. 🙂
Siapa tahu berikutnya buku duet atau solo. Aamiin
Aamiin, aamiin, aamiin. 🙂
😀
selamat ya, bukunya sudah terpampang di toko buku terkenal….
alhamdulillah. terima kasih, pak
waaahhh… Alhamdulillah ^^
keren deh, moga saya bisa nyusul punya bukuuu …
terima kasih. semoga segera punya buku hasil karya sendiri juga