
Selasa malam, lapangan bulu tangkis itu disulap menjadi sebuah tempat pengajian. Lapangan dibagi menjadi dua bagian yang dipisahkan dengan selembar kain berwarna hijau yang ujung-ujungnya diikatkan dengan dua buah tiang di sisi lapangan. Kain itu untuk memisahkan tempat jama’ah laki-laki dan perempuan.
Malam itu, jama’ah yang hadir tidak terlalu banyak. Mungkin banyak diantara mereka yang memiliki kesibukan atau mendapatkan uzur lain. Yang jelas, banyak ruang yang disediakan tidak terisi.
Setelah dibuka dengan pembacaan surat Al-Fatihah dan pembacaan sholawat, ustadz yang mengajar kali ini mulai duduk di tempat yang disediakan dan siap memberikan materi. Melihat keadaan jama’ah yang sedikit, beliau tidak langsung menyampaikan materi yang diamanahkan kepadanya, tetapi memberikan nasihat tentang pentingnya ilmu dan menuntut ilmu.
“Memang yang namanya pengajian, kadang ramai kadang sepi, kadang semangat kadang malas,” kalimat itu memulai nasihat beliau.
Di antara sela-sela kalimat nasihatnya, beliau mengutip sebuah syair tentang syarat bagaimana seseorang memperoleh ilmu.
“Ketahuilah, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat. Yaitu : Kecerdasan, semangat, sabar dan pakai ongkos (biaya), petunjuk (bimbingan) guru dan dalam tempo waktu yang lama.”
“Tanpa keenam hal tersebut, seseorang tidak mungkin akan mendapatkan ilmu yang ia pelajari.”
Di bagian lain, ustadz tersebut menyampaikan falsafah kata “ilmu” itu sendiri. Dalam bahasa arab, lafazh “ilmu” itu terdiri dari tiga huruf, yaitu ‘ain, lam, dan mim.
Huruf ‘ain ditulis dengan bentuk seperti membuka mulut lebar-lebar. Itu maksudnya bahwa setiap muslim harus rakus terhadap ilmu. Tanpa batas waktu dan tak ada kata terlambat. Menuntut ilmu itu dimulai sejak buaian hingga masuk ke liang lahad.
Huruf lam, yang tegak seperti menara atau tugu yang menjulang tinggi, melambangkan bahwa orang-orang yang memiliki ilmu itu akan diangkat oleh Allah derajatnya tinggi-tinggi. Kedudukannya akan lebih mulia daripada orang yang awam.
Huruf mim dengan ujung ke arah bawah melambangkan bahwa setiap orang yang berilmu, makin tinggi ilmunya, ia akan semakin rendah hati dan jauh dari sifat angkuh dan sombong.
—oOo—ya Allah ya Rabbi…
kuingin derajat ini meninggi
dengan ilmu dalam diri
sebagai pelita dalam gulita
sebagai peta safarku di dunia
agak tak sesat dari tujuan semula
ya Allah ya Rabbi…
kumohon ampunan agar diberi
atas kesombongan dan malas diri
yang tak mau merenung walau sekejap mata
yang tak mau berfikir walau sedetik saja
tentang tanda-tanda kekuasaanMu di semesta raya
robbii zidnii ‘ilman naafi’an
warzuqnii fahman waasi’an
Tulisan Terkait Lainnya :
Aamiin.. Aamiin.. Aamiin YRA
Semoga kita senantiasa diberi kerendahan hati dan semangat dalam menggapai pengetahuan π
aamiin. semoga
“…. Ya Tuhanku, tambahkan ilmu kepadaku.”
(Thaahaa:114)
ikut amin
terima kasih π
π
Aamiin … π
aamiin
semoga ilmu yang kita miliki bisa bermanfaat untuk orang lain π
aamiin
amin.. ain lam mim pak ustadz..
π
βKetahuilah, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat. Yaitu : Kecerdasan, semangat, sabar dan pakai ongkos (biaya), petunjuk (bimbingan) guru dan dalam tempo waktu yang lama.β——> telat bacanya…tdi sy ngajar, ngejelasin ke siswa privat saya, ingetnya cuma 2, sya bilang aja “yg lainnya lupa” π
Besok kalau ketemu tambahin penjelasannya lagi π
besok mah minggu..minggu depan lgi bru ketemu
*kudu di hapal dlu nih, dlu udh pernah di kasih di kajian, tapi lupa π
kalau lupa ya bisa lihat lagi di sini atau googgling aja
yup..siiip… π
π
Rasanya kl udah berumur gini kenapa jd males nambah ilmu, merasa kalah sm yg masih muda *nangis di pojokan kamar mandi, smbil shower menyala*
iya… soalnya pikiran udah terbagi-bagi kali yah
bener juga yaaaa… π
begitulah