Saya awali kisah ini dengan sebuah puisi yang pernah saya buat di bulan Agustus 2011 yang lalu.
kedua telapak tangannya menguning
karena kunyit yang semalam diparut dan disaring
kemudian dimasak bersama rempah lain yang digiling
lalu dituang ke dalam beberapa botol bening
dijinjing
dibawa berkeliling
tak perduli bila ada yang bergunjing
tak jera meski pernah jatuh terbanting
tak mengeluh meski kampung sedang sepi dan hening
tak putus asa meski hasil dan lelah tak sebanding
agar di masa depan aku tak terasing
Sosok perempuan yang saya maksud di dalam puisi di atas adalah ibu saya. Di suatu masa, ibu saya pernah menjalani profesi sebagai penjual jamu keliling. Ibu melakoni pekerjaan tersebut untuk membantu ayah saya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga saya dengan lima orang anak. Sebab saat itu, penghasilan ayah saya dari berjualan kembang dirasa kurang mencukupi.
Setiap hari, ibu saya memulai persiapan dagangan jamu di malam hari. Ibu memulai dengan mengupas kunyit dan kemudian memarutnya secara manual dengan kedua tangan. Selanjutnya, Ibu memeras kunyit yang sudah diparut untuk mendapatkan saripatinya. Akibat kegiatan tersebut, telapak tangan, jari dan kuku tangan ibu berwarna kekuningan.
Menjelang shubuh, ibu mulai memasak air kunyit yang sudah ditambah dengan bahan-bahan lainnya. Setelah masak, ibu memasukkan air kunyit tersebut ke dalam beberapa botol bening.
Di pagi hari, ibu membawa botol-botol berisi air kunyit tersebut keliling kampung. Ibu tidak menggunakan gerobak natau sepeda seperti tukang jamu keliling yang saya temui di sekitar tempat saya tinggal saat ini. Ibu membawa botol-botol tersebut dengan cara menjinjingnya.
Jalan-jalan kampung yang Ibu lalui tidak selalu beraspal. Sebagian besar jalan-jalan atau lebih tepatnya gang-gang yang dilewati ibu masih berupa jalan tanah yang bila selepas hujan akan menjadi licin untuk dilewati. Pernah suatu ketika, ibu terjatuh di saat membawa daganganya. Pakaian Ibu kotor. Alhamdulillah, ibu tidak mengalami luka yang berat dan tak ada botol jamunya yang pecah sehingga Ibu masih bisa melanjutkan menjajakan dagangan.
Di rumah, saya dan adik-adik saya akan menunggu kepulangan ibu. Sebab ada keceriaan dan kegembiraan yang menyertai kepulangan ibu. Ibu tidak pernah lupa membawakan oleh-oleh untuk saya dan adik-adik berupa risol, kue bola, pastel, atau getuk. Setiap pagi ibu berkeliling menjual jamu, maka setiap hari pula ibu akan membawa pulang oleh-oleh untuk anak-anak.
Hinga suatu ketika, ibu mengalami sebuah kecelakaan di pasar. Saat itu ibu bermaksud membeli bahan-bahan untuk pembuatan jamu. Karena jalan yang licin selepas hujan di malam harinya, ibu terpeleset dan jatuh. Tak disangka, posisi jatuh ibu menyebabkan salah satu pergelangan kaki Ibu patah.
Ibu memerlukan waktu beberapa bulan untuk menyembuhkan kakinya. Selama masa itu pula, saya dan adik-adik saya tidak lagi menunggu-nunggu kepulangan ibu, sebab ibu tidak lagi berjualan jamu.
Ketika ibu sudah pulih seratus persen, ibu memutuskan tidak lagi berjualan jamu keliling. Untuk tetap bisa membantu ayah dalam memenuhi kebutuhan hidup kelurga, ibu memutuskan untuk berjualan kue di depan rumah. Ibu berjualan lontong, ketan, pastel, lemper, kue bola, getuk, dan kue dadar setiap pagi.
Itu artinya, akan ada kue-kue lezat untuk saya dan adik-adik tanpa perlu menunggu ibu pulang. Kue-kue itu ada di rumah setiap hari karena dibuat langsung oleh ibu.
—o0o—
Tulisan Ini Diikutsertakan dalam GA Sejuta Kisah Ibu
Tulisan Terkait Lainnya :
Jika seorang ibu bisa mengorbankan nyawanya untuk membuat keadaan anak-anaknya menjadi lebih baik, maka ia pasti mengorbankannya ya Mas. Salut dengan para ibu di seluruh dunia, mereka semua hebat! Terima kasih telah berbagi dan telah mengingatkan saya pada ibu di rumah :hehe, saya berdoa mudah-mudahan Mas menang give awaynya :)).
Seorang ibu, memang sosok manusia yang luar biasa. Thanks, gar
Ya Allah.. semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunianya kepada ibunda Kang Jampang.
Salam bakti untuk beliau.
Makasih atas partisipasinya memeriah GA Sejuta Kisah Ibu.
Pantengin terus apdetan para pesertanya di sini: http://rosimeilani.com/2015/12/06/daftar-peserta-ga-sejuta-kisah-ibu/
Aamiin. Terima kasih, mbak.
Kasih (dan pengorbanan) ibu tiada tara ya 🙂
Betul, mas
Waaaaah… Tangguh sekali ibunya, mas. Smoga aku dikasih kesempatan jg untuk jd ibu beranak banyak spt beliau 🙂
Aamiin… Saya doakan, mbak 🙂
Mengharukan, perjuangan seorang ibu., salam hangat buat ibundanya.
Perjuangan seorang ibu pasti seperti itu, mbak 🙂
Saya ikut terenyuh membaca puisi diatas. Salut sama semua perjuangan ibu.
Semoga menang GA.
Setiap ibu punya sejuta kisah perjuangan, mas 🙂
Terima kasih
Jamu itu selanjutnya dengan kue-kue yang lezat ya, Bang. Semoga sukses ya, Bang 🙂
iya, pak. terima kasih
Jamu itu selanjutnya diganti dengan kue-kue yang lezat ya, Bang. Semoga sukses ya, Bang 🙂
kok bisa dobel komennya yah 😀
semoga ibundanya bapak, senantiasa diberikan kesehatan selalu ya, Amin ^_^
Aamiin. Terima kasih, mbak
waw, asik bgt tiap hr ada kue buatan ibu 🙂
saya pernah mengalami masa-masa itu, mbak 😀
alhamdulillah
Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan untuk ibunda. Amin
aamiin….. terima kasih, mbak
Semoga Ibunda senantiasa diberikan Kesehatan oleh Allah. Amin
aamiin. terima kasih, mbak
Seorang ibu yaa, apapun dilakukannya utk keluarga
iya, mbak
Semoga ibumu selalu dalam keadaan sehat. 🙂
Aamiin. Terima kasih doanya, mbak
sama-sama.
😀