Sebongkah Batu, Sebatang Ranting, Semesta, dan Jalan Ke Surga

Pangkalanbun : Batu Akik
Saya terlahir sebagai seorang muslim. Ayah dan ibu saya muslim. Kakek dan nenek saya juga seorang muslim. Sejak  kecil saya diberikan pendidikan agama yang cukup baik oleh kedua orang tua saya dengan mendaftarkan saya ke sebuah sekolah dasar dan menengah Islam. Di sekolah tersebut saya mulai diperkenalkan tentang aqidah atau tauhid, fiqih, Al-quran, Al-hadits, serta pengetahuan umum lainnya. Alhamdulillah, dasar yang kuat bisa saya pegang. Selanjutnya adalah terus mempertahankannya hingga akhir hayat.

Islam itu indah, maka siapa yang sudah mengenalnya niscaya akan jatuh cinta. Islam itu seimbang, sebab mengajarkan hal tersebut kepada pemeluknya untuk mencari kehidupan di akhirat yang kekal tanpa melupakan kehidupan fana di dunia serta mendidik pemeluknya untuk menjaga hubungan baik kepada Khalik tanpa melepaskan hubungan kepada sesama makhluk. Islam itu adil dalam memandang dan menilai setiap perbuatan yang dilakukan oleh pemeluknya, baik perbuatan itu besar atau kecil, ringan atau berat.

Jika berbicara tentang keindahan Islam, tentunya akan banyak sekali. Sayangnya, kemampuan dan pengetahuan saya sangat terbatas. Sedikit. Namun demikian ada baiknya jika yang sedikit tersebut bisa dibagi. Semoga bermanfaat.

******

Suatu sore, di dalam perjalanan pulang dari kantor, saya melihat seorang bapak berdiri di pinggir jalan. Mungkin mau menyeberang, begitu pikir saya.

Ternyata saya salah. Ketika jarak sepeda motor saya sudah dekat dengan bapak itu dan tidak ada penghalang di antara kami, tiba-tiba salah satu kaki beliau bergerak ke depan. Dengan kakinya itu beliau menyingkirkan sebuah batu sebesar kepalan tangan dari jalan.

Di lain waktu, saya pulang kantor di malam hari. Saya pacu sepeda motor dengan kecepatan sekitar lima puluh atau enam kilo meter per jam. Ketika tiba di sebuah tikungan, saya belokkan sepeda motor ke kiri. Di sekitar tikungan tersebut, penerangannya agak kurang dan terdapat beberapa lubang dari saluran drainase yang biasanya ditutupi dengan besi tebal atau beton sehingga bisa dilalui kendaraan dengan aman.

Malam itu saya melihat pemandangan yang lain. Saya melihat beberapa ranting patah yang sengaja ditancapkan oleh seseorang ke dalam lubang drainase yang ternyata rusak penutupnya. Ranting itu menjadi penanda bagi saya dan para pengendara lain yang melewati tikungan agar tidak melalui sisi jalan tersebut dan mengambil sisi sebelah kanan atau sebelah kiri sisi jalan.

Sekilas, menyingkirkan batu dari jalan dan menancapkan ranting patah di jalan yang berlubang adalah perbuatan yang ringan dan sepele. Tetapi, Islam menganggap perbuatan tersebut sebagai suatu sedekah bahkan merupakan contoh amalan para calon penghuni surga.

Saya teringat akan sebuah hadits yang diajarkan oleh seorang ustadz di sekolah dasar. Hadits tersebut terdapat di dalam sebuah kitab yang dikenal dengan Hadits Arba’in An-Nawawi pada urutan ke-26. Hadits tersebut berbunyi :

Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda, “Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan shodaqohnya setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah shodaqoh, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkatkan barang ke atas kendaraannya adalah shodaqoh, kata-kata yang baik adalah shodaqoh, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan sholat adalah shodaqoh, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah shodaqoh.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan sebuah keterangan tambahan terkait dengan hadits tersebut dalam sebuah forum diskusi.

Dari Abu Syaibah Al-Harawiy, ia berkata, : Dahulu Mu’adz berjalan dengan seorang laki-laki, lalu dia mengangkat (menyingkirkan) batu dari jalan. Maka orang laki-laki tersebut bertanya, “Apakah ini ?” Mu’adz menjawab, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mengangkat (menyingkirkan) batu dari jalan, maka dicatat baginya satu kebaikan. Dan barangsiapa yang ada kebaikan baginya, dia masuk surga”. [HR. Thabrani di dalam Al-Kabir dan para perawinya kuat. Dan dia meriwayatkan juga di dalam Al-Ausath dari hadits Abu Darda’, hanya saja dia menyebutkan], “Barangsiapa yang mengeluarkan (menyingkirkan) sesuatu yang mengganggu dari jalan kaum muslimin, maka dengannya Allah mencatat kebaikan baginya. Dan barangsiapa yang Allah mencatat kebaikan di sisi-Nya, dengannya Allah memasukkannya ke surga”.

Tak heran jika perbuatan di atas bisa mengantarkan seseorang ke dalam surga, sebab dampak dari perbuatan tersebut cukup besar. Dengan menyingkirkan batu dari jalan atau menancapkan ranting ke jalan yang berlubang, secara sadar atau tidak sadar, pelakunya telah menyelamatkan banyak jiwa dari kecelakaan yang akan terjadi. Sebanyak pengendara yang melewati jalan tersebut.

Jika Islam menghargai perbuatan yang ringan tersebut dengan begitu tinggi, maka dipastikan perbuatan yang lebih besar daripada itu akan mendapatkan ganjaran yang lebih besar lagi. Insya Allah.

Tak hanya memperhatikan hal-hal ringan seperti di atas, Islam juga memperhatikan hal-hal yang luar biasa. Alam semesta dan penciptaan manusia adalah hal luar biasa yang juga ditangkap oleh Islam melalui ayat-ayat Al-quran dan Al-hadits.

Kembali ke masa-masa sekolah, saya juga pernah mendapatkan keterangan tentang sebuah teori terkait tentang asal mula alam semesta yang begitu luas di bumi menjadi bagian kecil di dalamnya. Big Bang yang jika diartikan atau diterjemahkan secara bebas menjadi Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar adalah sebuah teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan proses pembentukan awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian meledak dan mengembang. Teori Big Bang ditemukan oleh para ilmuwan di awal abad kedua puluh.

Di kemudian hari, ada sebuah ayat di dalam Al-quran yang saya baca dan menurut ahli tafsir bisa dikatakan menjadi penguat teori tersebut.

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Al Qur’an, 21:30)

Pada ayat di atas, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menceritakan tentang penciptaan langit dan bumi yang pada mulanya adalah sebuah satu kesatuan yang kemudian dipisahkan. Ayat tersebut diturunkan empat belas abad silam.

Jika kebenaran sebuah teori yang dihasilkan pemikiran manusia bersifat tentatif, maka kebenaran ayat Al-Quran bersifat mutlak. Dan saya meyakini hal itu.

Al-quran juga mengisahkan tentang proses penciptaan manusia, penghuni Planet Bumi, salah satu planet yang ada di alam semesta.

“Kemudian Kami menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan alaqoh (sesuatu yang melekat), lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami menjadikannya mahluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah Pencipta yang paling baik” [QS. Al Mu’minuun: 13-14]

Hadits keempat di dalam kitab Arba’in An-Nawawi juga mengungkapkan hal yang serupa.

Abu Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah bersabda kepada kami, sedang beliau adalah orang yang jujur dan terpercaya. “Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan ciptannya dalam rahim ibunya selama empat puluh hari berupa nutfah (air mani yang kental), lalu menjadi alaqoh (segumpal darah) selama itu pula, lalu menjadi mudghah (segumpal daging) selama itu pula, kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan mencatat 4 (empat) perkara yang telah ditentukan, yakni : rezeki, ajal, amal dan sengsara atau bahagianya.” (HR. Bukhori dan Muslim).

Tadi pagi, saya menemukan sebuah artikel di http://www.atjehcyber.net/ yang menceritakan tentang masuk Islamnya seorang profesor bernama DR. Keith L. Moore  MSc, PhD, FIAC, FSRM yang menjabat sebagai Presiden AACA (American Association of Clinical Anatomi) antara tahun 1989 dan 1991.

Ketika beliau berdiskusi dengan para mahasiswanya yang menunjukkan referensi ayat Al-quran mengenai proses penciptaan manusia, Sang Profesor berkata. “Tidak mungkin ayat ini ditulis pada tahun 7 Masehi, karena apa yang terkandung di dalam ayat tersebut adalah fakta ilmiah yang baru diketahui oleh ilmu pengetahuan modern! Ini tidak mungkin, Muhammad pasti menggunakan mikroskop!” Sebuah ungkapan bernada canda tapi meyakini bahwa tak mungkin Nabi Muhammad yang membuat ayat tersebut di abad tujuh masehi.

Di dalam artikel tersebut diceritakan bahwa jika di cermati lebih dalam, sebenarnya ‘alaqoh’ dalam pengertian Etimologis yang biasa di terjemahkan dengan ‘segumpal darah’ juga bermakna ‘penghisap darah’, yaitu lintah. Tidak ada perumpamaan yang lebih tepat ketika embrio berumur 7-24 hari, selain seumpama lintah yang melekat dan menggelantung di kulit.

Di usia itu embrio seperti menghisap darah dari dinding Uterus, karena memang demikianlah yang sesungguhnya terjadi, embrio itu makan melalui aliran darah. Itu persis seperti lintah yang menghisap darah. Janin juga begitu, sumber makanannya adalah dari sari makanan yang terdapat dalam darah sang ibu. Dan ketika embrio janin diperbesar dengan mikroskop bentuknya benar-benar seperti lintah.

Saya tidak banyak memiliki pengetahuan tentang kosa kata Bahasa Arab, tetapi saya bisa menggunakan google translate untuk mencari arti kata dari Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia. Saya coba mengetik kata “‘alaqah” dan melihat hasilnya. Ternyata benar, “‘alaqah” diartikan sebagai lintah.

alaqah - lintah
Ayat tersebut kemudian menjadi pintu hidayah bag sang profesor untuk memeluk agama Islam dan merevisi beberapa kajian ilmiahnya karena Al-Quran ternyata telah menjawab beberapa bagian yang selama ini membuatnya gusar.

Jika orang non muslim tertarik dengan keindahan dan kehebatan Islam sesuai dengan pekerjaan atau bidang yang digelutinya, apalagi seorang muslim, seharusnya lebih tertarik dan lebih mencintai Islam dengan segala kebaikan dan kesempurnaannya.

Sebagai penutup, saya kutip ayat terakhir dari surat Adh-Dhuha yaitu ayat kesebelas yang artinya, “Dan terhadap ni’mat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.”

Atas segala ni’mat, baik itu rezeki, kesehatan, jodoh, rumah, anak, dan bentuk lainnya, kita diminta untuk menyebut-nyebutnya dan mensiarkannya sebagai tanda bersyukur. Lantas apakah ni’mat yang terbesar? Ni’mat itu adalah bahwa kita menjadi seorang muslim, beragama Islam. Karenanya, menjadi tugas kita untuk mensiarkan ni’mat tersebut. Mensiarkan kebaikan dan keagungan Islam.

Dengan mempelajari dan mensiarkannya, maka akan banyak memberikan manfaat. Bagi pribadi sendiri, mungkin akan menambah kecintaan dan kebanggan akan Islam. Bagi sesama muslim mungkin akan menambah pengetahuan mereka tentang Islam dan kemudian menambah kecintaan akan agama yang dipeluk. Bagi non muslim, mungkin bisa menjadi pintu hidayah agar mereka bisa bersama-sama kita untuk masuk ke dalam surga kelak di hari akhirat.

Wallaahu a’lam.

 


Tulisan Terkait Lainnya:

39 respons untuk ‘Sebongkah Batu, Sebatang Ranting, Semesta, dan Jalan Ke Surga

  1. thetrueideas Maret 20, 2014 / 09:06

    -suka- 🙂

    • jampang Maret 20, 2014 / 09:31

      terima kasih, mas 😀

  2. ninda Maret 20, 2014 / 09:06

    :)) ya mbak mestinya kita lebih memesrakan diri dengan al qur’an.. salam kenal ya 🙂

    • jampang Maret 20, 2014 / 09:31

      salam kenal, tapi saya bukan mbak 😀

    • jampang Maret 20, 2014 / 09:32

      silahkan… silahkan…

  3. eda Maret 20, 2014 / 09:46

    subhanallah… aku juga sering denger hadist ttg menyingkirkan batu itu..

    ini GA ya,,ikutan ah 😀

    • jampang Maret 20, 2014 / 09:54

      yup, GA…. silahkan ikutan 😀

      • eda Maret 20, 2014 / 09:56

        siaaaaap!! ini lagi2 buka2 buku nyari ide nulis 😀

        makasih inpohnya bang 😀

      • jampang Maret 20, 2014 / 10:01

        ya… sama-sama

  4. ysalma Maret 20, 2014 / 10:09

    Membaca ini, diingatkan kembali,
    do’a yang selalu terucap ,’selalu dilimpahkan nikmat iman dan islam’, ternyata sangat dianjurkan 🙂
    sukses di GA-nya.

    • jampang Maret 20, 2014 / 10:50

      salah satu cara untuk memaksa ide nulis biar keluar 😀

  5. aqied Maret 20, 2014 / 10:44

    Fabiayyi aalairobbikuma tukadzdziban
    Apalagi kalo nyingkirin paku paku di jalanan ya mas

    • jampang Maret 20, 2014 / 10:55

      yup. betul, mbak. bisa menyelamatkan kaki orang dari luka tertusuk paku

      • aqied Maret 20, 2014 / 11:02

        Dan banyak ban kendaraan dr kebocoran 😦

      • jampang Maret 20, 2014 / 11:11

        ah… iyah. waktu itu ada petugas atau perorangan yang menyusuri jalan dan nemuin paku banyak banget. pahalanya juga banyak insya Allah

  6. Wulan Novitasari Maret 20, 2014 / 11:01

    Hal sekecil apapun kalau bermanfaat untk org lain adlh pahala, senyum aja ibadah yaa 🙂 salam kenal

    • jampang Maret 20, 2014 / 11:09

      iya mbak. insya Allah begitu.
      salam kenal juga

  7. Firsty Chrysant Maret 20, 2014 / 11:15

    makasih untuk mengingatkan kembali…. Dan semoga sukses… Aminn.. 🙂

    • jampang Maret 20, 2014 / 11:59

      sama-sama…. terima kasih

  8. pinkvnie Maret 20, 2014 / 12:57

    mantap tulisannya … 🙂

    • jampang Maret 20, 2014 / 13:40

      semoga bermanfaat. terima kasih

      • pinkvnie Maret 20, 2014 / 14:40

        Aamiin … Sama2 … 🙂

  9. xrismantos Maret 20, 2014 / 13:58

    Sayang keindahan itu dinodai oleh kelompok-kelompok yang fanatik namun berpikiran sempit…
    Good luck giveaway nya mas 😀

    • jampang Maret 20, 2014 / 14:52

      ya…. yang menodainya ya umat sendiri yang blm mengerti islam yang sesungguhnya

  10. lazione budy Maret 21, 2014 / 02:58

    kalau pemerintah yang membiarkan jalan rusak tak diperbaiki sehingga banyak kecelakaan hukum apa ya?

    • jampang Maret 21, 2014 / 05:25

      pemerintah punya kewajiban memperbaiki jalan tersebut nggak? kalau iya… artinya nggak melaksanakan kewajibannya.
      pastinya seh “didoain” sama warga yang lewat situ 😀

  11. Senyum Syukur Maret 22, 2014 / 20:12

    Isalam memang sempurna dari hal kecil hingga yang besar diatur olehnya.. semoga menang Mas.. 🙂

    • jampang Maret 23, 2014 / 05:14

      Betul.
      Terima kasih 😀

  12. Monika Maret 23, 2014 / 15:24

    Tulisan yg indah… Islam memang keindahan yg tak habis2 digali.

    Syukron mas, salam kenal…

    • jampang Maret 24, 2014 / 05:10

      terima kasih, mbak
      salam kenal juga

  13. rhey Maret 24, 2014 / 07:13

    tfs mas jampang….. dam semga meang GAnya

    • jampang Maret 24, 2014 / 07:44

      sama-sama, mbak.
      terima kasih. semoga bermanfaat

  14. enha Maret 24, 2014 / 14:20

    keren
    :’)
    semoga para penganut deis lainnya, diberi hidayah spt pak Moore.
    aamiin.

    • jampang Maret 24, 2014 / 14:27

      aamiin ya rabbaal ‘aalamiin

Tinggalkan jejak anda di sini....