
Mengantuk. Itu yang saya dan Minyu rasakan selepas melaksanakan shalat maghrib. Kami berbaring di atas tempat tidur. Bersebelahan. Lalu ngobrol-ngobrol ringan. Tak terasa, mata kami kemudian terpejam.
*****
6 Desember 2013
Keinginan untuk shalat berjamaah menjadi topik pembicaraan saya dan Minyu di Whatsapp. Minyu mengetahui bahwa sebaik-baiknya shalat wajib bagi laki-laki adalah dilakukan secara berjamaah di masjid. Namun demikian ada keinginan di dalam hatinya untuk shalat berjamaah bersama dengan saya kelak ketika sudah menjadi suami-istri.
Saya menawarkan agar shalat berjama’ah di masjid meski hal itu belum menjadi kebiasaan di lingkungan tempat tinggal kami. Sebenarnya, di masjid sudah disediakan ruang khusus bagi kamu perempuan yang ingin melaksanakan shalat lima waktu secara berjam’ah. Namun tak banyak yang saya lihat. Saya hanya melihat hanya satu atau dua perempuan saja yang ikut berjama’ah.
Nyatanya bukan itu yang dimaksud oleh Minyu. Keinginan sebenarnya adalah shalat berjamaah berdua. Di rumah. Saya menjadi imam dan Minyu menjadi makmum. Tak harus setiap waktu. Tak perlu juga setiap hari. Hanya sesekali saja. Misalnya ketika hari libur di waktu shalat isya.
Lalu saya teringat dengan sebuah hadits yang menceritakan bahwa ada seorang shahabat yang telah melakukan shalat berjam’ah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian pulang ke kampungnya, lalu mengulang shalat bersama penduduk kampungnya.
Bunyi hadits tersebut adalah sebagai berikut :
Dari Jabir bin Abdillah, bahwasanya Mu’adz bin Jabal pernah shalat Isya terlambat bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kemudian dia kembali menuju kaumnya dan ikut shalat bersama kaumnya. (HR. Muslim, 2/490, No hadits. 711)
Di dalam hadits lain terdapat penjelasan sebagai berikut :
Telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari ‘Amru berkata, Aku mendengar Jabir bin ‘Abdullah berkata, “Mu’adz bin Jabal pernah shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dia lalu kembali pulang dan mengimami kaumnya shalat ‘Isya dengan membaca surah Al Baqarah. (HR. Al-Bukhari No. 660)
Mungkin cara seperti di hadits itu yang akan saya lakukan untuk memenuhi keinginan Minyu. Saya tetap melaksanakan shalat berjam’ah di masjid, kemudian pulang ke rumah dan mengulang shalat dengan menjadi imam ketika berjama’ah dengan Minyu.
Namun demikian, ada keterangan di hadits lain yang sepertinya sedikit berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Mu’adz bin Jabal dalam hadits di atas.
Telah menceritakan kepada kami Abu Kamil telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai’ telah menceritakan kepada kami Husain dari Amru bin Syu’aib dari Sulaiman bin Yasar, mantan sahaya Maimunah dia berkata; Saya pernah datang kepada lbnu Umar sewaktu dia sedang duduk di atas lantai, sementara keluarganya tengah mengerjakan shalat (berjama’ah). Saya berkata; Kenapa kamu tidak ikut shalat bersama mereka? Ibnu Umar mejawab; Saya telah mengerjakan shalat, saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian mengerjakan satu shalat itu dua kali dalam sehari.” (HR Abu Daud No. 491 dan An-Nasa’i No. 851)
Hadit-hadits di atas saya dapatkan dari hasil diskusi di sebuah forum. Hasil akhirnya didapati sebuah kesimpulan bahwa tidak boleh mengulang shalat wajib sebanyak dua kali dalam satu hari. Yang mungkin bisa dilakukan adalah pelaksanaan shalat yang kedua kali diniatkan dengan shalat sunnah. Bukan shalat wajib.
Sepertinya, untuk sementara, hasil diskusi tersebut cukup memberikan jawaban bagi saya.
*****
Sekitar pukul sebelas malam, Minyu terbangun.
“Belum shalat isya!” Katanya ketika membangunkan saya.
Kami lalu bangun. Berwudhu. Lalu shalat isya berjama’ah. Saya menjadi imam dan Minyu menjadi makmum. Keinginan Minyu terkabul. Alhamdulillah.
Cerita Minyu Sebelumnya :
Alhamdulillaaah.. Adem ya Mas rasanya jamaah bareng istri..
itu karena ketiduran, mas 😀
kalau nggak ketiduran saya usahakan tetap ke masjid. pun kalau minyu sudah pengen banget berjamaah dengan saya…. mungkin kesimpulan dari dua hadits di atas yang bisa saya kerjain
*salah kamar nampaknya
tapi karna udah terlanjur masuk, komen ah dikit
btul niatnya sholat sunnah ketika pulang ke rumah,,ini ada istilnya fiqhnya sholat ma’ad atau mu’ad agak lupa,, jadi si Mba Minyu (betulkah namanya ini??) niat sholat wajib tetep dan juga sbagai makmum,,
karna manjadi makmum orang yg sholat sunnah diperbolehkan
tapi kan ada sholat qiyamul lail,, mungkin maksimalin ini aja kali yak Pak
atau adaa agenda laen nih pas malem2
oooppssssssssssssssssss
pertama, saya belum bisa rajin bangun malam 😀
kedua, apakah shalat lail boleh dilakukan secara berjamaah secara rutin?
wah maksudnya jadi bid’ah gitu kalo dijadiin rutinitas??
emang ada yg bilang gak boleh ya kalo jadi rutin itu??
repot juga,, yg jelas kaedahnya itu an nahyu muqtadho al harom (larangan menunjukkan pengharaman) kalo at tarku (meninggalkan / tdk mengerjakan) apakah menunjukkan keharaman?? yg pernah saya baca nda mutlak Pak,, yg jelas riwayat nabi sholat malam berjamaah itu ada
kalo di buku konsep bid’ah dan toleransi fiqh,, dibahas tuh,, tapi bukan kapasitas saya ngejawabnya 🙂
Tapi skalipun emang jadi gak boleh,, saya yakin pasti gak bakal jadi rutinitas,, kan si Mba Minyu ini pasti bakal datng tamu bulanannya
dan saya juga nggak yakin bisa rutin 😀
terima kasih sharing infonya, mas
wah,, bisa Insya Allah Pak
apalagi udh ada alarmnya,, ditambah alarmnya bisa mijitin lagi, bukan cuman bisa bunyi doang,,
#wahngomongapasayaini??
ada yah alam yg bisa mijitin?
*pasang muka polos*
Kalau di rumah, pas lagi ngumpul Insyaallah shalat berjama’ah deh. soalnya kagak asyik aja shalat sendiri-sendiri itu. hehehe
bagusnya memang shalat berjama’ah. yang lelaki jama’ah di masjid dan yang perempuan jama’ah di rumah atau ikutan sekalian jama’ah di masjid 😀
Kalau di keluarga saya, saya dan anak-anak laki-laki ke masjid untuk sholat berjamaah dan istri dirumah berjamaah dengan anak perempuan saya.
alhamdulillah… ada teman di rumah untuk bisa berjama’ah ya, mas 😀
Indahnya ngelihat suami istri shalat berjamaah … keinginan setiap perempuan ingin d imamin suami wkt shalat … 🙂
iya kali yah 😀
Akhirnya keinginan si eMbak udah kesampaian.
Kayaknya jamaah di rumah pas ql deh pak, jadi njenengan tetap meramaikan masjid dan tetap bisa berjamaah sama si eMbak.
iya mbak. mungkin yang seperti itu lebih tepat. tapi sayanya belum bisa bangun malam…. bablas terus 😀
Latihan lah :p
iya… iya… insya Allah 😀
Sya sesekali sholat berjamaah dgn istri di rumah terutama saat sikon yg tdk memungkinkan utk berangkat ke mesjid/mushala
seperti hujan. itu menjadi salah satu udzurnya, mas
wah kapan ya aku ada imamnya setiap waktu hehehe
kalau di mushalla dan masjid kan selalu ada imam shalat, mbak 😀
kalau imam keluarga…. mudah2an segera bertemu. aamiin
Alhamdulillah,,keinginan mpok minyu jg dl jd keinginan besarku bang,,ampe skrg alhamdulillah msh terjaga,,mskipun hanya waktu maghrib,,
keinginannya seh nggak rutin, mbak. bahkan selalu ngingetin saya untuk berangkat shalat berjamaah ke masjid 😀
Suamiku jg suka bgt k masjid klo d rumah mertua,,tp klo d msjid dekat kami tinggal,,masjidnya seperti milik personal,,konflik kepentingan,,krn suamiku ngga mau ikut2an,,jdinya jarang bgt ke masjid yg dekat rumah,,
wah… koq masjidnya begitu. harusnya kan jadi pemersatu
Betul,,tp sayangnya nggak bang,,
mudah2an ke depannya nggak lagi. biar masjidnya tambah ma’mur 😀
Amin,,
🙂
gue juga pengen jadi imam shalatnya nabila jkt48 oom
#lhoo
😀
sepertinya nama itu banyak diidolakan jomblo, cuma penampakannya saya belum ngeh
Shalat berjamaah dgn suami itu mmg ssuatu bgt klu kt syahrini, bikin nyaman, bkin tnang dan rasanya damai bangt…
Btw, tfs u/ hadits2nya mas jampang 🙂
sama-sama, mbak.
semoga bermanfaat. saya seh pengennya berjamaah sama istri di masjid… jalan dan pulang bersama-sama…. romantis kali yah 😀
yang jadi imam yang pakai mukena atau satunya bang? he2. Tulisan yang sangat menginspirasi
sudah tahu kan jawabannya 😀
Terima kasih
lagi-lagi, bikin ngebet nikah 🙂
😀
ass.wr.wb
m’f saya mau bertanya, kalau kita shalat fardu dirumah bersama ank & istri ketika kita menjadi imam apakah kita harus mengeluarkan suara seperti imam di masjid atau cukup bisik2/didlm hati saja
waa.wr.wb.
ketentuan mengeraskan bacaan bukan karena berjamaah di masjid atau di rumah, tetapi dalam jenis shalatnya. kalau shalat yang jahr (mengeraskan bacaan) seperti maghrib, isya, dan shubuh maka suara imam harus dikeraskan. sementara jika shalatnya zhuhur dan ashar, suara imam dipelankan
Ass. Apakah tdk di wajibkan suami shalat berjamaah bersma istri..soalnya saya pun sama sperti minyu..
Sepengetahuan saya tidak ada kewajiban seperti itu. Yang saya tahu, lelaki itu shalat fardunya sunnah muakkad dilakukan berjamaah di masjid, bahkan ada mazhab yang menghukuminya sebagai wajib, bukan sunnah.
Jadi kurang pas jika ada suami yg menjadi imam dalam shalat wajib di rumahnya. Akan lebih baik jika mengajak seluruh anggota keluarganya untuk shalat berjamaah di masjid.
Mgkn dlm kondisi tertentu bisa saja shalat berjamaah di rumah krn tidak memungkinkan untuk shalat di masjid. Misal karena hujan lebat.