Sabtu, 17 Januari 2015
Koneksi internet di sebuah handphone diaktifkan. Beberapa saat kemudian handphone tersebut bergetar. Muncul notifikasi akan adanya pesan yang masuk dari Aplikasi WhatsApp. Beberapa pesan berupa kalimat serta gambar pun terlihat di layar. Dari sekian gambar yang terlihat terdapat sebuah MEME berupa petikan quote hasil kicauan di twitter dari akun @haikal_hassan.
Bila Anda digaji Rp. 10.000.000 oleh perusahaan, namun Anda bekerja seperti digaji Rp. 20.000.000, maka Allah akan membayar lebihnya dengan kesehatan, karir, keluarga sejahtera, anak yang cerdas, dan semisalnya.
Namun bila Anda bekerjanya seperti orang bergaji Rp. 5.000.000, maka Allah pun akan menuntut sisanya dengan penyakit, kesusahan, hutang, masalah, dan semisalnya.
Jadi bekerjalah maksimal. Ikhlaskanlah.Yakinlah dengan aturan-Nya. Lalu perhatikan yang akan Allah buat untuk kejayaanmu.
Rabu, 21 Januari 2015
Dalam kajian ba’da zhuhur di masjid kantor, sang penceramah sedikit menyinggung tentang substitusi meski tidak tersurat. Manurut beliau, nikmat yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala cabut dari dari dalam diri seseorang akan diganti dengan nikmat dalam bentuk dan rupa yang lain.
Beliau mengucapkan beberapa kalimat yang kira-kira seperti berikut ini :
Janganlah mata kita terlalu cepat silau ketika melihat orang lain mendapat sebuah kenikmatan. Sebab kita tidak tahu nikmat lain apa yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala cabut darinya –agar tak muncul rasa iri dan dengki.
Jangan pula diri terlalu cepat merasakan kecewa ketika ada sebuah nikmat yang tercabut dari diri kita. Sebab kita kadang tidak menyadari, nikmat lain apa yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan sebagai penggantinya –agar terhindar dari kufur akan nikmat yang diberi.
Namun nikmat terbesar yang tidak bisa diganti dengan apa pun adalah, kita mentauhidkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Kamis, 22 Januari 2015
Susunan kalimat dengan pemilihan kata yang begitu indah mengusik kesadaran dan pemahaman tentang makna sebuah kebahagiaan. Susunan kalimat tersebut termaktub dalam bagian prolog buku “Lapis-lapis Keberkahan”.
Bahagia adalah kata paling menyihir dalam hidup manusia. Jiwa merinduinya. Akal mengharapinya. Raga mengejarnya. Tapi kebahagiaan adalah goda yang tega. Ia bayangan yang melipir jika dipikir, lari jika dicari, tak tentu jika diburu, melesat jika ditangkap, menghilang jika dihadang. Di nanar mata yang tak menjumpa bahagia, insan lain tampak lebih cerah. Di denging telingan yang menyimak bahagia, insan lain terdengar lebih ceria. Di gerisik hati yang tak merasa bahagia, insan lain berkilau cahaya.
Wallaahu a’lam.
Tulisan Terkait Lainnya :
- Para Lelaki Masbuq
- Jika Tentang Rasa
- Bisa Jadi…
- Antara Ikhlas dan Buang Air Besar
- Tiga Orang Anak yang Bersalaman Selepas Shalat
- Membalas VS Memaafkan
- Kisah Rasulullah yang Kental dalam Pesan Moral Namun Rapuh dalam Validitas
- Dua Sisi Digital Lifestyle
- Strategi Sedekah
- Dhuha dan Tilawah Para Pengemban Amanah
Mas. Makasih banyak. Postingannya membuka mata.
sama-sama, mas. semoga bermanfaat
Terima kasih, Bang Jampanh untuk pengingatnya. 🙂
sama-sama, mbak
Bang Jampang maksudku.
dimaklumin 😀
And if you were paid Rp.2.000.000,- and you had to work as if you were paid Rp.20.000.000,- and you are sick of the time, and you faced misfortune on daily basis, you’d get what you deserve in the next life.
makanya yang nggak digaji tapi kerja sepanjang waktu, memiliki surga di bawah telapak kakinya 😀
Makasih Bang.. Disentil banget nih ….
sama-sama, mas
makasih bang udah mengingatkan, jadi makin terbuka bahwa bersyukur emang muara kebahagiaan 😀
sama-sama, mbak. semoga bermanfaat
Kalo kata atasan saya, bekerja maksimal sesuai kemampuanmu, maka materi pasti akan mengikuti
kurang lebih bisa dianggap begitu, mbak
Yuupp… makasih atas pencerahannya… 🙂
sama-sama, uni
Terima kasih atas pengingatnya *brb kerja lagi nggak malah bw*
sama-sama
😀
jadi ingat omongan bos kemarin, kalau kita kerja itu jangan terlalu banyak perhitungan. maksudnya begini, apa yg menjadi kesulitan teman kerja dan bos kita dalam urusan kerjaan sebisa mungkin kita bantu…. kalau perlu kita nggak usah minta tambahan upah atas bantuan yang kita berikan… anggap saja kita sedang belajar dan hasilnya akan kita rasakan di kemudian hari…. makasih mas Rifki 🙂
kurang lebih apa yang disampaikan atasanya pak yudhi benar adanya
Iya Bang, kdg kita ga tahu ya kalo kenikmatan yg didapat bisa saja merupakan pengganti kenikmatan yg telah dicabut. Makasih sudah mengingatkan.
sama-sama, mbak