Jam di sudut kanan bawah layar laptop saya menunjukkan pukul lima sore kurang sekian menit. Dari dalam kamar, telinga saya menangkap sebuah pengumuman yang berasal dari sebuah mushalla yang tak jauh letaknya dari tempat saya tinggal. Semula saya berpikir seseorang yang biasa memberikan pengumuman tersebut salah melihat waktu, sebab biasanya, pengumuman baru terdengar sekitar pukul enam sore sekian menit, mendekati waktu maghrib.
Ternyata, saya yang salah duga. Pengumuman yang terdengar bukanlah tentang waktu maghrib yang akan masuk beberapa menit lagi, melainkan pengumuman tentang meninggalnya seseorang.
Innaalilllaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu
Beberapa hari sebelumnya, saya membaca status dari salah seorang kawan semasa SMA yang menyatakan bahwa dirinya tersadar akan kehilangan sosok kawan SMA lain, sebut saja Fulan, yang sering mengupdate status di facebook dengan hal-hal yang memberikan pencerahan. Ternyata, Fulan telah meninggal dunia.
Innaalilllaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu
Beberapa waktu kemudian, selain ucapan turut berduka cita dan mendoakan Fulan, muncul juga beberapa testimoni dari beberapa orang yang tidak saya kenal tentang sosok Fulan. Sepertinya mereka adalah kawan-kawan Fulan yang hubungannya lebih dekat dibandingkan dengan saya. Mungkin mereka sering atau selalu berinteraksi dengan Fulan. Melalui kata dan kalimat yang mereka ketik, terungkaplah bahwa Fulan adalah kawan yang baik dan memiliki sifat-sifat yang baik yang menginspirasi mereka.
Selanjutnya, istri Fulan membuat status melalui akun Fulan yang menceritakan bahwa dirinya menerima kabar banyaknya orang yang merasakan kehilangan akan sosok Fulan. Sang istri menceritakan bahwa di matanya, Fulan adalah suami yang baik, humoris, dan memiliki semangat yang tinggi. Fulan tidak pernah mengeluhkan sakit yang dideritanya dan memberitahukan perihal sakit tersebut kepada orang lain termasuk kawan-kawannya dengan maksud tidak ingin membuat repot. Cukup bagi Fulan bahwa sakit itu sebagai penggugur dosa-dosa.
Mungkin, jika Fulan bisa mendengar apa yang dibicarakan oleh kawan-kawan dan orang-orang di belakangnya, dia akan tersenyum. Dirinya telah memberikan banyak manfaat bagi orang-orang di sekelilingnya semasa hidup. Manfaat tersebut masih mereka rasakan dan kepergian Fulan adalah sebuah kehilangan bagi mereka.
Lantas bagaimana dengan diri ini? Apa yang akan mereka bicarakan kelak?
Tulisan Terkait Lainnya :
- Apa yang Akan Kau Bicarakan di Belakangku?
- Selamat Ulang Tahun : Sebuah Kritik
- Tangis di Awal, Senyum di Akhir
- [Berani Cerita #41] Buku Harian
- Kehidupan dan Pikiran dalam Sebatang Pohon Pepaya
- Antrian Panjang Tanpa Nomor
- Secepat Adzan, Iqamah, dan Shalat
- Lift Yang Aneh!
- Seribu Cara Untuk Mati
- Di Bawah Kamboja dan Sebuah Misteri
Innaalilllaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu
semoga amal dan ibadahnya semasa hidup diterima disisi ALLAH.
amiin…
aamiin yaa rabbal ‘alamiin
Turut berduka cita untuk Fulan 😦
duh, pertanyaan itu bikin mikir ke masa depann… :’)
semoga kita punya cukup bekal untuk di negeri masa depan. aamiin
nah itu dia mas… kira2 bagaimana tanggapan orang2 terhadap kita, sewaktu hidup ya…
ini tulisannya makjleb banget
sayangnya pas mereka ngomong, kita udah nggak bisa berbuat apa-apa lagi
semoga kalu ku mati, yang diomongin baikbaik kaya fulan itu ya.. inshaallah..
aamiin. insya Allah. semoga kita semua bisa begitu
Innalilahi… sakit jd penggugr dosa.. diam nya itu luar biasa..
begitu juga pandangan orang-orang terdekat fulan
gajah mati meninggalkan gading, hatimau mati meninggalkan belang
manusia meninggal meninggalkan amal dan perbuatan
betul, mas. dan semoga amal dan perbuatan yang kita tinggalkan adalah yang baik. aamiin
amiin…
Turut berduka cita.
Ya, memang pekerjaan dan kelakuan kita di hidup ini nantinya akan dikenang terus ya.
betul, mas. semoga yang baik-baik dari kita aja yang dikenang nanti
Langsung narik nafas dalam, entahlah,
selalu berdo’a mendapatkan akhir yang baik*do’a kan harus diiringi usaha ya* contohnya, betapa Fulan benar2 menjaga semua prilakunya dengan baik .
aamiin yaa rabbal ‘alamin.
Turut berduka cita, semoga amal dan ibadahnya di terima Allah swt.
aaamiin yaa rabbal ‘alamiin
#Langsung mikir dalam#
Entahlah apa yang kita tanam , itu yang kita tuwai..
semoga kita bisa menanam yang baik-baik ya mbak. biar yang kita tua juga adalah yang baik pula
*Merenung*
Temen suami juga ada yg baru meninggal tiba2 minggu lalu..heart attack….sedihnya membayangkan keluarga yg ditinggalkan
iya mbak. anak perempuan yang pertama dari teman saya itu malah ada yang belum bisa diajak ngobrol banyak2. sementara adiknya, permepuan juga, malah mencari tahu tentang bagaimana sosok ayahnya, dia minta ibunya bertanya kepada teman-teman abinya melalui melalui akun facebook abinya. bahkan akun facebooknya itu diminta untuk menjadi miliknya
Ya ampunnn sedihnyaaaa :(((
*mewek*
iyah…. hiksss
Ya ampun sedihnyaaaa… *mewek* semoga mereka diberi kekuatan oleh Tuhan YME
aamiin
Innaalilllaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu
semoga amal ibadah almarhum diterima Allah SWT
kalau di luar negeri biasanya orang yang meninggal dibikinin obituari gitu yak
obituari itu apa mbak? kaya otobiografi gitu?
Kalau yang saya tahu itu semacam kesan-kesan seseorang buat orang yang meninggal itu
oooo…. kayanya saya belum pernah tahu kalau di indonesia ada yang seperti itu
Iya yang sering itu ucapan berduka di koran ya
yup. kalau itu saya sering lihat
Innalilahi wa innaIlilahi rojiun..
turut berduka cita untuk keluarga si fulan yang ditinggalkan yah, Mas…
Jadi inget meninggalnya almarhum Om. Sedih, tapi ngerasa damai dan luar biasa banget. Kayak malem takbiran waktu itu, dan iya, beliau disayangi dan dicintai banyak orang.
semoga kita bisa meniru kebaikan-kebaikan dari orang-orang di sekeliling kita agar dicintai seperti mereka