“Janganlah kekhawatiran akan terjadinya suatu peristiwa di masa depan
menghancurkan kebahagiaanmu di hari ini!”
Di masa liburan sekolah saat itu, saya merasakan sebuah kebahagiaan. Sebab dalam acara pengambilan buku raport di sekolah sebelumnya, selain dinyatakan lulus, saya mendapatkan nilai tertinggi dibandingkan teman-teman saya. Saya juga mendapatkan hadiah dari pihak sekolah berupa buku dan juga gratis biaya pendaftaran untuk masuk ke Madrasah Tsanawiyah. Alhamdulillah.
Namun, pada suatu hari, kebahagiaan tersebut tiba-tiba berubah menjadi sebuah kekhawatiran dan ketakutan. Pasalnya, salah seorang teman permainan yang kebetulan adalah kakak kelas saya di sekolah menakut-nakuti saya dengan mengatakan bahwa pelajaran di Madrasah Tsanawiyah itu sangat sulit, mendapatkan nilai merah itu sudah biasa, dan mendapatkan nilai enam di buku raport itu artinya sudah termasuk murid yang pintar.
Sejak saat itu, yang ada di dalam pikiran saya adalah rasa khawatir dan takut untuk mengikuti pelajaran di Madrasah Tsanawiyah. Terbayang semua apa yang diucapkan oleh kawan saya tersebut. Dan itu membuat saya tidak bersemangat.
Hal yang serupa pun terjadi ketika saya akan memasuki bangku Sekolah Menengah Atas. Saat itu, ada seorang teman yang sudah duduk di SMU berkata kepada saya, “Di SMA nanti, kalo ngomong sama temen-temen itu udah gak pake ‘loe-gue’, tapi harus pake ‘aku-kamu’.” Dia juga menambahkan, “Di SMA yang namanya cowok colek-colek cewek itu udah biasa, enggak kaya di Tsanawiyah.”
Saya pun membuktikan apa yang menjadi omongan teman saya itu ketika sama-sama berada di dalam sebuah angkot. Saya melihat sendiri bagaimana dia dengan ringannya mencolek teman sekolahnya yang perempuan. Baginya mencolek merupakan sebuah tanda keakraban.
Kekhawatiran dan ketakutan yang terakhir saya rasakan adalah ketika saya akan mengakhiri status jomblo untuk yang kedua kali. Bayang-bayang jika kelak saya akan tersakiti lagi oleh perempuan yang menjadi pasangan hidup seperti sebelumnya kerap menghantui. Karenanya, saya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan keberanian dan kemantapan di hati untuk memulai kehidupan baru untuk kali kedua. Itupun harus didorong-dorong oleh sanak-saudara dan keluarga, terutama ibu saya, dengan mencarikan sosok perempuan yang cocok dan pas dengan kriteria yang saya inginkan.
Pada kenyataannya, kekhawatiran dan ketakutan yang saya rasakan pada tiga peristiwa di atas tidaklah terjadi. Saya tidak menemukan apa yang yang menjadi kekhawatiran dan ketakutan saya tersebut dalam wujud yang nyata.
Ketika saya sudah belajar di Madrasah Tsanawiyah, saya bisa mengikuti sebagian besar pelajaran. Memang saya pernah mendapatkan nilai rendah di salah satu ulangan mata pelajaran, namun tidak ada nilai merah di buku raport. Bahkan bisa dibilang, nilai yang saya peroleh lebih tinggi dibandingkan nilai yang saya dapat ketika duduk di bangku sekolah dasar.
Ketika duduk di bangku SMA, sekali lagi saya mendapatkan kembali sebuah kenyataan bahwa apa yang dikatakan oleh teman saya tidaklah berlaku bagi saya. Dalam bergaul dengan teman-teman, saya tetap menggunakan ‘loe-gue’. Tak pernah saya menggunakan ‘aku-kamu’. Saya juga mendapatkan jawaban bahwa untuk akrab kepada lawan jenis tidak harus dengan cara colak-colek. Cukup dengan menguasai pelajaran, rajin mengerjakan PR, serta ramah, maka keakraban itu akan datang dengan sendirinya.
Dan kini, ketika saya sudah memiliki bahtera rumah tangga dengan sosok perempuan yang dipilihkan oleh ibu, apa yang saya khawatirkan dan takutkan sebelumnya tidak terjadi. Bahkan sebaliknya, saya medapatkan kebaikan-kebaikan yang sebelumnya tidak pernah saya bayangkan akan saya dapatkan dari seorang istri.
Alhamdulillah. Saya bisa mengalahkan kekhawatiran yang sebelumnya selalu membayangi di dalam pikiran dan jiwa saya. Mungkin di titik itulah, makna sebuah kelulusan yang bisa saya rasakan.
Sebuah pelajaran yang bisa saya ambil adalah, melangkah untuk melakukan sesuatu mungkin menjadi awal dari sebuah kelulusan atau keberhasilan yang ingin dicapai seseorang. Melalui langkah pertama yang diayunkan, maka kelulusan dapat diraih. Meskipun di masa-masa berikutnya akan datang berbagai halangan dan rintangan. Tanpa melangkah atau mencoba, hanya ada satu kepastian. Gagal. Sementara ketika memilih untuk melangkah atau mencoba, maka akan ada kemungkinan untuk lulus dan sukses.
Langkah awal tersebut mungkin terasa berat karena bisa jadi bayang-bayang kegagalan yang lebih sering hadir dibandingkan bayang-bayang kesuksesan. Kekhawatiran dan ketakutan pun muncul. Karenanya, diri perlu diyakinkan untuk bahwa semua bisa dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan tidak membiarkan kekhawatiran akan terjadinya suatu peristiwa di masa depan yang sebenarnya belum pasti, menghancurkan kemantapan hati dan kebulatan tekad yang sudah digenggam.
Kekhawatiran yang saya alami pada tiga peristiwa di atas mungkin adalah sebuah kesalahan. Saya terlalu mudah menerima masukan atau informasi yang malah membuat saya merasa tidak sanggup untuk melakukan sesuatu atau merasa tidak siap ketika akan menghadapi sesuatu. Akibatnya, saya selalu merasa tidak percaya diri serta khawatir terhadap sesuatu yang belum pasti ada, yang belum tentu terjadi di masa depan. Padahal, masa depan adalah sesuatu yang ghaib bagi saya. Namun ketika saya menjalaninya, perlahan-perlahan saya mendapatkan bahwa kekhawatiran itu tidak terbukti.
Saya jadi teringat sebuah motto yang di tulis oleh adik saya di lemari miliknya. Motto dalam bahasa Inggris tersebut berbunyi “Do the best, may Allah do the rest.” Kita hanya bisa mengerjakan sesuatu sebaik mungkin yang kita bisa. Selanjutnya, apakah saya bisa lulus atau tidak, kita serahkan segalanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala selalu membeerikan kemudahan bagi kita semua untuk meraih kesuksesan dan mengenal makna kelulusan. Aamiin.
—oOo—
827 Kata
“Tulisan ini diikutsertakan Keina Tralala First Birthday Giveaway”
Tulisan Terkait Lainnya :
- Sanam Teri Kasam
- Menaklukkan Kekhawatiran Akan Masa Depan
- Lelaki Senja
- Manusia Merencanakan Allah Menentukan [2]
- Manusia Merencanakan Allah Menentukan
- Tanyakan Diri, Benarkah Sedang Diuji
- Nak, Maukah Dirimu Menjadi Seorang Dokter?
- Antara Kaca Spion, Masa Lalu, dan Masa Depan
- Anak Tangga Kehidupan
- Beginikah Rasanya Jadi Panitia Lomba?
saya juga masih kerap khawatir sama hal-hal yang nggak pasti
idemlah kalau begitu dengan saya 😀
amiiiiinn…
emang lo gue lebih ikrib ya mas daripada aku kamu?
menurut saya seh sama. teman saya bilang begitu mungkin begini sebabnya :
saya dan dia lahir dan besar di lingkungan betawi, yang kalao ngomong sama teman sebaya pake loe-gue. sementara di SMA yang dia dan saya masuki, siswanya heterogen, bahkan bisa dibilang anak betawinya bisa dihitung dengan jari. mungkin dari perbedaan bahasa dan budaya, makanya teman saya bilang begitu. menyimpulkan seperti yang dia ucapkan kepada saya.
waduh, padahal waktu di Jakarta saya hampir nggak pernah pakai lo gue. jangan-jangan dibilang sombong Mas >_<
lah… kan tergantung siapa temannya, mbak. kalau pada pake aku-kamu, ya tinggal ngikutin aja.
kalau sama teman akrab, saya nggak pernah pake loe-gue 😀
pengen menumbuhkan keyakinan sedari awal, mmg terlihat agak sulit ya..
iya mas. padahal keyakinan di awal itu yang penting
Nice writing, Mas…. kadangkala kekhawatiran malah membuat kita salah melangkah.. Suka dengan motto adiknya : Do the best.. let Allah does the rest…. 🙂
terima kasih, mbak.
itu dia… kadang jadi salah, kadang mikir terlalu lama untuk melangkah
Memang bener ya Bang kekhawatiran yang gak beralasan malah seringnya merampas kebahagiaan.
kira-kira seperti itulah, mas.
gampangnya pas dapat arisan… senang kan tuh… bahagia… begitu langsung mikir harus mulangin duitnya ya jadi hilang bahagianya
Kekuatiran itu tak pernah terlihat namun ia jelas merampas energi batin kita. Bikin gelisah dan tak bahagia 🙂
iya mbak. betul sekali
kekhawatiran yg wajar membuat langkah lebih hati-hati,
kalau berlebihan, ga jadi2 melangkah, benar sekali.
yang berlebihan memang tidak baik. sekedarnya saja.
Rasa khawatir merupakan fitrah manusia, bagaimana mengelolanya itulah yang menjadikan seseorang tenang di atas kekhawatiran. Nice topic Terima kasih…
masing-masing ada kadarnya yang pas. seperti obat 😀
sama-sama. semoga bermanfaat
Waaaah dulu juga sempat parno dengan masa depan, sekarang ya yang terpenting melakukan yang terbaik dengan iklas…
Mungkin juga jangan berlebihan jika menghadapi nasalah mau baik atau buruk.
iya mbak. secukupnya, baik khawatir maupun berharap. jadi nantinya nggak terlalu putus asa jika gagal dan sombong jika berhasil
kekhawatiran itu merusak cita-cita di masa depan … tapi hasil dari kekhawatiran itu apa bisa di bilang takdir jg ya …
kalau sudah terjadi maka namanya takdir. kalau belum terjadi ya belum takdir namanya
Terima kasih banget atas renungannya, cocok sekali untuk mengingatkan diriku sendiri saat ini. Benar sekali, tidak ada gunanya kita khawatir akan masa depan. Yang penting sekarang ini kita bekerja keras dan menikmati apa yang kita lakukan ya.
sama-sama, mas,
betul banget, nikmati hari ini dan lakukan yang terbaik
ya, betul.
terima kasih, mbak
nice artikel, memang kadang kekawatiran selalu ada di awal saat kiat mau bertindak tetap saat kita meminta kekuatan dari Allah dan ortu, semua akan berjalan dengan lancar
iya mbak. yakinkan diri, lalu berusaha maksimal, dan iringi dengan doa
mungkin, kalau khawatir akan masa depan, kurangnya persiapan sedari muda. semoga punya bekal yang banyak hari ini, agar mampu menaklukkan masa depan yang penuh tantangan ^_^
khawatir mungkin tetap diperlukan, sekedarnya saja, sehingga kta bisa mempersiapkan diri. yang kurang baik adalah jika berlebihan sehingga kita malas mau ngapa2in.
kekhawatiran harus disertai dengan harapan, agar seimbang
Sungguh senang akhirnya hidup bahagia bersama wanita pilihan ibu ya Mas. Kekhawatiran kadang diciptakan hati kita sendiri kok, jadi sebisa mungkin kita tekan sebab kita masih punya Tuhan yang pasti akan melapangkan segala permasalahan.
Semoga berjaya dalam kontes ini ya 🙂
alhamdulillah, mas.
ya, faktor yang bikin kita selalu dalam kekhawatiran atau ketakutan memang bisa datang dari dalam dan luar diri kita. jadi harus pandai-pandai memanagenya biar bikin semangat dan bukan bikin loyo 😀
Kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu kita pikirkan terus menerus…Kalo selalu merasakan kekhawatiran, lalu kapan kita berani melangkah untuk ke depannya..?? Iya kan?
iya mbak. betul sekali. khawatir memang ada dan bisa jadi diperlukan, tetapi bukan untuk didiamkan dalam diri terus-menerus sehingga diri pun menjadi diam tak bergerak
Nice topic Om : Terima kasih yaa..
saya juga terkadang takut & khawatir, tapi perlahan saya berani melangkah 🙂
sama-sama, mbak
sippppp