Kelanjutan dari cerita sebelumnya di sini
*
*
Matahari seolah-olah ingin membakar bumi dengan panasnya. Jika aku berlama-lama di jalan seperti ini, bisa jadi kemejaku bisa basah karena keringat yang bertempur untuk menjaga suhu tubuhku agar tetap normal. Kupercepat langkah menuju halte bis yang sudah terlihat di depan. Seratus meter lagi.
Tiba-tiba tubuhku hampir hilang keseimbangan manakala seseorang menarik tas ransel yang ada di punggungku. Setelah keseimbangan itu kembali lagi, kuputar badanku ke belakang dengan balutan rasa kaget, kesal, dan marah yang berpadu. Tapi raut wajah marah dan mulut yang siap menelurkannya langsung berubah menjadi salah tingkah tat kala kedua mataku melihat sosok yang telah menarik ranselku.
Detak jantungku seakan-akan berhenti berdetak. Aliran darahku seolah-olah berhenti berdesir. Seorang perempuan berjilbab kuning berdiri di hadapanku. Beberapa butir keringat menghiasi keningnya. Sementara kedua pipinya sedikit memerah karena suhu panas.
Beberapa saat kami terdiam. Sepi. Seperti jalan di mana kami berdiri yang tak ada seorang pun yang melewatinya karena siang yang tak begitu bersahabat.
“Maaf, Mas! Saya mengagetkan dan mengganggu perjalanan, Mas Udin,” kalimat yang terdengar begitu lembut di kedua telingaku mengawali pembicaraan kami.
Seperti terhipnotis dengan perpaduan wajah cantik dan suara lembut, aku masih terdiam.
“Mas Udin, ada yang mau aku bicarakan. Sekarang!” lanjutnya masih dengan penuh kelembutan.
“Oh, iya… iya. Ada apa, Sal?” tanyaku sekenanya.
“Aku sudah lama mengenalmu, Mas. Karenanya, aku percaya sama Mas Udin dan berani menyampaikan keinginan, harapan, permintaan, atau apalah namanya. Kuharap, Mas mau mempertimbangkan dan memikirkannya masak-masak,” meski masih dengan kelembutan, namun kalimat Sali terdengar begitu serius, seperti raut wajahnya. Tetap manis.
“Apa itu?” tanyaku penasaran.
“Mau kah kau menikahiku?” tanyanya sambil kedua matanya menatap tajam seolah-olah ingin menembus otak dan hatiku, menunggu jawabanku.
*
*
bersambung ke cerita berikutnya : bagian III
Baca Episode Lainnya :
- World Book Day : Hari Buku Sedunia, Pamer Buku yang Ada
- Buah Jeruk, An-Nida, dan Perempuan Berjilbab Kuning
- Wali VS Kamu
- Lelaki dan Jalan yang Dilaluinya
- Antara Perempuan Berjilbab Kuning dan Si Muka Biru
- Mau Dibawa Ke mana “Perempuan Berjilbab Kuning” Ini?
- [FF] Perempuan Berjilbab Kuning [VI]
- [FF] Perempuan Berjilbab Kuning [V]
- [FF] Perempuan Berjilbab Kuning [IV]
- [FF] Perempuan Berjilbab Kuning [III]
” Tentu saja! apalagi yang harus ku tunggu, jika Allah sudah mengabulkan do’aku.” jawabku.Tapi jawaban ini masih aku simpan, karena bukan gadis berkerudung biru ku yang mengucapkan. Meski beberapa orang memanggilku Udin, tapi karena yang mengucapkan pertanyaan ini gadis berjilbab kuning, maka tentu saja bukan aku Udin yang dia maksudkan. Heheheheh
@abisabila : gadisnya beda kan? gak sama. atau jangan2 waktu ketemu Udin yang ini pakai warna biru, ketemu udin yang satunya pake warna kuning π
ini udin yang mana?*teringat Udin Sedunia π
@mas anis : makanya saya pakai nama udin karena inget sama udin sedunia itu. yang mananya… belum tahu deh π
Kalo mas Rifki yang ditanya.. jawabannya apa? *nyimak*
@mbak cahya : jawaban saya ada di cerita selanjutnya. xixixixixixixi
Deg degan π
Lembut tapi berani yaaa….
waduhh.. harus beli tiket lagi nih.. π¦
@mas zaki : emangnya dikau yang ditanya…. apa nama lengkapnya Zakiyuddin? π
@mbak leila : yupz. saya pernah membaca kisah, bahwa di zaman nabi ada wanita yang seperti itu. menyerahkan dirinya untuk dinikahi. cuma detilnya saya lupa.
@mbak cahya : beli tiket terusan aja, mbak π
Xixixi maaf terbawa suasana, serasa akulah mang Udin itu haha
kita tunggu jawaban udin..semoga udin jawab, mauuuuuuuuuuuuuu….:)))))
Jangan mau kang Udin.Buat saya aja hehe
@mas zaki : ngarepppp π
silahkan kirim jawaban anda : menerima atau menolak. di bagian reply postingan ini…. xixixixixxii
skor imbang : satu : satu
kenapa kemarin saya tidak jadi ke halte bus itu, ya? siapa tahu saya pun hilang keseimbangan … he he he …
Harap-harap cemas *tambah deg-deggan
@mas hendra : karena kserempet bis yah? xixixixixi
@mas zaki : selamat deh … selamat menunggu biar tambah deg2an
nembak langsung nih yeee
ha ha ha …saya akan berhati-hati, Mas Rifki … he he he …
@mbak eva : iyah… emansipasi kali yah?
@mas hendra : alhamdulillah kalau begitu
Udin udin.. SABUDI (sastra budaya indonesia)mari kita jaga bersama!
@mas moes : udin sedunia π
lah… ni bagian dua to… hmm dah baca bagian pertama belum ya… cek dulu ah… afwan, mas, mampir bentar he
*dubrakz* oalah ni yang lanjutan mau nikah lagi itu to… weuw ada apa gerangan dengan sosok prianya ya… emang ganteng dan mempesona gitu ya mpe mbaknya minta mau dinikahin he
Ada gitu yg berani narik2 trus mnt dinikahin? Hihi..di mana ada, ada di mana?
soalnya, saya baca buku ke dua, eh covernya perempuan jilbab kuning jg π
seperti apa yah? yang pasti seh sepertinya sesuai dengan selera perempuan itu.
cuma ada di sini π
wah , tembakan jitu yg bikin orang : dhueeer !! jantungnya…baca next..
silahkan π
rasanya perlu mengulang baca yang pertama..*penasaran.. hahaha
silahkan, cuma awalnya gak mau dilanjutkan… tapi karena buku kedua yang dibaca… ada gambar perempuan berjilbab kuning juga. xixixixixixi
Panas-panas kuk disuruh mikir?
biar tambah panas. :)maklumlah mba, namanya juga masih belajar. perlu perbaikan sana-sini
mba sali hebat π
lamaran di halte bis ^^
model cerita romance gini nih yg sy suka π
berani π
nantinya bakal jadi… halte kenangan π
ya… lagi dapat ide begitu