Celoteh Syaikhan [24] : Mau Peluk Abi

Sudah beberapa hari ini, sebelum pulang saya menyempatkan bermain tenis meja sekitar sepuluh menit. Hitung-hitung olahraga dan mencari keringat. Sore kemarin pun demikian yang saya lakukan.Setelah puas bermain tenis meja, segera saya turun menuju parkiran. Begitu tiba di lobby dan hendak keluar, ternyata hujan turun dengan lebatnya. Saya pun mengundurkan niat untuk pulang saat itu. Saya kembali naik ke ruangan.

Saya pun menelpon Syaikhan untuk mengabarkan bahwa saya masih di kantor dan mungkin pulang terlambat karena menunggu hujan reda.

“Syaikhan, di situ hujan nggak?” Tanya saya.

“Hujan,’ jawab Syaikhan.

“Abi pulangnya nanti aja yah, kalau hujannya sudah berhenti.”

“Aaaa… pulang aja, Bi!”

“Kan Syaikhan pernah bilang supaya Abi neduh dulu kalau hujan.”

[Cerita tentang kejadian sebelumnya bisa dilihat di tulisan “Syaikhan : Kok Nggak Neduh, Bi?”]

“Abi pulang aja, nda apa. Nanti mandi lagi!”

Syaikhan meminta saya tetap pulang. Jika saya pulang kehujanan dan basah, saya diminta mandi lagi. Begitu kira-kira maksud kalimat Syaikhan tersebut.

“Emangnya Syaikhan mau ngapain?” Tanya saya kepada Syaikhan kenapa ngotot mau Abinya pulang sekarang.

“Mau peluk Abi.” Jawab Syaikhan.

*Meleleh

Akhirnya saya putuskan untuk pulang. Tas saya tinggal di kantor. Saya minta kantong plastik kepada cleaning service untuk melindungi handphone dan dompet agar tidak basah. Lalu saya kembali turun ke lobby dan menuju tempat parkir.

Ketika saya menuju basement, hujan masih sangat lebat disertai angin. Tetapi, ketika saya keluar dari basement, hujan sudah tinggal rintik-rintik saja. Alhamdulillah.

Meski hujan hanya menyisakan gerimis, tetapi akibat hujan yang turun sebelumnya adalah munculnya kemacetan. Apalagi ternyata ada penutupan jalan. Semua kendaraan yang menuju Slipi diharuskan memutar melalui Senayan. Jadilah saya tiba di rumah selepas adzan maghrib.

“Priiiit… Priiiit”

Terdengar suara itu ketika pintu rumah terbuka. Rupanya Syaikhan punya mainan baru, peluit.

Dan kemudian, saya tahu cerita di balik keinginan Syaikhan agar saya cepat pulang.

Ibu saya bercerita bahwa ketika jam-jam biasanya saya dan omnya pulang, Syaikhan sudah siap menyambut kedatangan saya dan omnya. Peluit di mulut, dengan tongkat hijau (bekas mainan pancingan yang patah), serta mengenakan kacamata, Syaikhan menggerakkan tangannya seperti seorang juru parkir. Aksi itulah yang ingin ditunjukkan kepada saya dan omnya ketika memasukkan motor ke dalam rumah. Tapi sayangnya, saya dan omnya tidak pulang tepat waktu.

---

Celoteh Syaikhan Lainnya :

• Celoteh Syaikhan [106] : Game yang Tak Cocok Buat Abi
• Celoteh Syaikhan [105] : Warna Laki-laki
• Celoteh Syaikhan [104] : Tukang Cukur Yang Sok Tahu
• Celoteh Syaikhan [103] : Nggak Ada TV Layar Lebar dan AC
• Celoteh Syaikhan [102] : Jangan Foto Terus, Bi!
• Celoteh Syaikhan [101] : Mengimbangi Abi
• Celoteh Syaikhan [100] : Naik Motor, Tidur, Jatuh
• Celoteh Syaikhan [99] : Abi Beneran Orang Kaya!
• Celoteh Syaikhan [98] : Abi Punya Pacar?
• Celoteh Syaikhan [97] : Bawa ke Sini Semuanya!