Medan, Aku datang!
Semua kebutuhanku selama tiga hari sudah masuk ke dalam tas ransel di punggungku. Termasuk tiket pesawat pergi dan pulang.
Setelah mencabut selang gas dari tabungnya, mengunci rapat semua jendela dan pintu, aku berdiri di depan pagar rumah untuk menunggu kedatangan taksi yang sudah kuhubungi beberapa waktu sebelumnya.
Tiba-tiba telepon genggamku berbunyi. Ibu yang menelpon. Segera kuangkat.
“Assalamu ‘alaikum, Bu!”
“Wa ‘alaikumus salaam. Azhar, ibu dalam perjalanan ke rumahmu. Ibu ingin menginap beberapa hari di rumahmu. Bisa, kan? Ibu kangen.”
Suara Ibu yang begitu lembut terdengar langsung membuyarkan lintasan rencana dan acara yang akan kulakukan di Medan nanti.
“Tapi, Bu…” kalimatku terputus karena ragu. Bimbang.
Tujuanku ke Medan adalah untuk memenuhi undangan bedah buku hasil karyaku, “Jejak-jejak yang Terserak”, dalam acara pameran buku di kota tersebut. Ini kesempatan langka bagiku. Jika acara ini sukses, bisa jadi akan datang lebih banyak undangan kepadaku. Lagi pula, kesempatan ini belum tentu datang dua kali. Sayang jika kulewatkan.
“Ibu kenapa tidak memberi kabar dahulu kalau mau datang dan menginap?”
Hampir saja aku menanyakan hal itu kepada Ibu. Namun lidahku mendadak terasa kaku. Kalimat tersebut tak sempat terlontar dari mulutku.
“Tapi kenapa, Har?” tanya Ibu setelah mendengar kalimatku yang terputus.
Tak mungkin juga aku melarang Ibu datang jauh-jauh ke rumahku. Aku tak boleh mengecewakan Ibu. Perempuan mulia yang telah melahirkan dan mendidikku hingga menjadi seperti sekarang ini.
“Nggak apa-apa, Bu. Bisa. Aku ada di rumah.”
Akhirnya kuputuskan untuk tidak menghadiri undangan. Kusampaikan berita tersebut kepada panitia agar mereka bisa mengambil rencana alternatif lain.
*****
Kudekati Ibu yang sedang menyaksikan tayangan berita sore di televisi.
“Ada berita apa, Bu?” tanyaku.
“Ada kecelakaan pesawat. Banyak penumpangnya meninggal.”
Kualihkan pandanganku ke televisi. Kalimat yang menjadi judul tayangan berita itu membuat tubuhku langsung bergetar hebat. Bagaimana tidak, itu adalah pesawat yang rencananya kutumpangi siang tadi ke Medan.
—–oooOooo—–
Jumlah : 299 Kata
Untuk memeriahkan MFF Prompt #48 : Tentang kehilangan
Baca Juga Prompt Lainnya :
- [Prompt#135] Pacar Sesaat
- [Prompt#121] Kutu-Kutu Hendak Menjadi Kupu-kupu
- [Prompt#120] Hanya Sejengkal
- [Prompt#119] Perbedaan
- [Prompt#118] Perjumpaan Kembali
- [Prompt#117] Senyum Ibu
- [Prompt#116] Lidah Perempuan
- [Prompt#115] Sayap yang Patah, Hati yang Terbelah, dan Jaring Laba-laba yang Lemah
- [Prompt#114] Ada Apa Dengan Cintana?
- [Prompt#113] Adin dan Sani
alhamdulillah tidak jadi pergi
iya mbak 😀
ini fiksi kan mas?
iya mbak. fiksi. kan buat MFF
aku pernah baca cerpen dengan tema yg mirip begini bang, tapi tokoh si aku (saat melihat berita kecelakaan pesawat itu) terkena serangan jantung dan meninggal juga 😀
Iya teh. Saya modif dr beberap versi cerita.
Versi si aku mati yg saya baca, ibunya yg ngelarang si anak pergi krn mimpi kecelakaan pesawat. Dan kemudian kecelakaan pesawat terjadi. Si ibu senang krn anaknya nggak meninggal dlm pesawat itu. Begitu si ibu masuk ke kamar anaknya, si anak sudah meninggal.
jadi ingat kisah nyata teman aku, mirip2 ginih cuma beda, kalo ini pesawat kalo dia bis travel gituh
Wah ada versi nyata. Sebab selama ini cuma baca cerita seperti di atas dalam versi fiksi doank
Ceritanya tetap ada narsisnya ya … *pisss* 😀
😀
Inget bbrp tahun lalu kalau posting pasti nyelipin iklan buku sendiri
kenapa ya kayaknya kurang greget bacanya?
Krn sudah pernah baca cerita yang mirip?
Krn ada selipan iklannya?
Krn ceritanya memang dipaksakan?
😀
mungkin karena ceritanya sudah lumayan umum. hehe
iyah 😀
harap maklum
narsis dalam fiksi,
sukses di lombanya 🙂
mumpung ada yang klop buat ngiklan mbak.
ini seh bukan lomba mbak, cuma ikut tantangan mingguan aja untuk belajar nulis FF
hahaha FF bersponsor 😆 meski sponsor pribadi
Kayak film Final Destination ya 😀
kedatangan taksi yang sudah kubungi beberapa waktu sebelumnya. << itu typo aja kan Mas? Bukan kosa kata baru kan? 😀
Soalnya nggak ide tambahan, jadinya ya ngiklan 😀
Iya. Itu typo aja mbak. Bukan kosa kata baru 😀