[Prompt#104] Kejutan di Kedai Kopi

Sumber: http://www.travelfish.org

Kebebasan selalu layak dirayakan. Maka selepas keluar penjara, yang diinginkan ialah mengunjungi kedai kopi ini. Kebahagiaan akan semakin lengkap bila dinikmati dengan secangkir kopi. Hanya di kedai kopi ini ia bisa menikmati kopi terbaik yang disajikan dengan cara yang paling baik.

Bagaimana ia tahu bahwa kedai kopi ini menyajikan kopi terbaik dengan cara yang paling baik?

Sekitar tujuh tahun lalu, ia pernah menjadi salah satu pelayan di kedai kopi ini. Ia sudah tahu bagaimana kualitas kopi yang digunakan dan standar kerja para pelayannya.

Sebenarnya, ia datang ke kedai kopi ini tak hanya untuk merayakan kebebasannya. Ada tujuan lain. Ia ingin meminta gajinya selama satu bulan yang belum sempat ia terima. Uang tersebut akan ia gunakan untuk menyambung hidup sebelum mendapatkan pekerjaan yang mungkin sulit didapatkan oleh seseorang yang pernah mendekam di penjara.

Apakah Pak Zaidi masih mengenalinya? Apakah Pak Zaidi masih menjadi pemilik kedai kopi ini? Pertanyaan itu sempat membuatnya ragu sebelum akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke kedai kopi ini.

“Apakah Pak Zaidi masih mengelola kedai kopi ini?” tanyanya kepada seorang pelayan laki-laki yang mengantarkan secangkir kopi pesanannya.

“Masih, Mas,” jawab pelayan bernama Budi tersebut.

“Apakah aku bisa menemui beliau?” tanyanya lagi.

“Mas ini siapa?” Budi balik bertanya.

“Saya pernah menjadi pelayan di sini tujuh tahun yang lalu. Nama saya Ridwan.”

“Tunggu sebentar ya, Mas!” pinta Budi.

Sesaat kemudian, pelayan tersebut meninggalkan dirinya bersama secangkir kopi. Tangan kanannya segera meraih gagang cangkir di atas meja dan menyeruput kopi pesanannya.

Tak lama kemudian, pelayan bernama Budi itu kembali dan memberitahukan bahwa ia bisa menemui Pak Zaidi di ruangannya.

“Silahkan masuk!” suara Pak Zaidi terdengar dari dalam ruangan ketika ia mengetuk pintu.

Ia segera membuka pintu dan melangkah masuk. Pak Zaidi langsung menyambutnya dengan hangat.

“Ridwan! Apa kabar?” tanya Pak Zaidi sambil menjabat erat tangannya. “Ke mana saja kamu?”

Ia lalu menceritakan apa yang terjadi tujuh tahun lalu ketika dirinya berada di waktu dan tempat yang salah. Saat ia bermaksud kenolong korban pembunuhan, justru ia yang dituduh sebagai pembunuh. Orang-orang yang berada di tempat kejadian melihat dirinya sedang menggenggam pisau yang melukai korban. Ia juga menceritakan maksud dan tujuannya bertemu Pak Zaidi, yaitu meminta gaji satu bulan miliknya yang belum dibayar.

“Saat ini saya tidak memegang uang cash sejumlah yang menjadi milikmu, jadi saya buatkan cek saja. Bagaimana?” tanya Pak Zaidi.

“Tidak apa-apa, Pak!” jawabnya.

“Perlu kamu ketahui, ketika kamu tidak datang lagi ke kedai ini, saya mengunakan uang gajimu untuk sebagai tambahan modal untuk memperbesar usaha kedai kopi ini. Hasilnya seperti yang kamu lihat. Kedai ini lebih besar dan lebih ramai, kan?”

Ia mengangguk.

“Karena uangmu dahulu menjadi bagian dari modal, maka terimalah uangmu yang sudah bertambah dengan bagi hasil dari keuntungan kedai kopi ini selama tujuh tahun!” Pak Zaidi menyerahkan selembar cek kepadanya.

Kedua matanya terbelalak ketika melihat angka di cek tersebut. Angka yang berlipat-lipat dari jumlah satu bulan gajinya tujuh tahun yang lalu.

*****

Prompt #104: Kopi dan Cinta yang Tak Pernah Mati

Diilhami dari kisah dalam hadits berikut :

Dari Abu ‘Abdir Rahman, yaitu Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, katanya: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Ada tiga orang dari orang-orang sebelum kalian berangkat bepergian. Suatu saat mereka terpaksa mereka mampir bermalam di suatu goa kemudian mereka pun memasukinya. Tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar dari gunung lalu menutup gua itu dan mereka di dalamnya. Mereka berkata bahwasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka semua dari batu besar tersebut kecuali jika mereka semua berdoa kepada Allah
Ta’ala dengan menyebutkan amalan baik mereka.”

Salah seorang dari mereka berkata, “Ya Allah, aku mempunyai dua orang tua yang sudah sepuh dan lanjut usia. Dan aku tidak pernah memberi minum susu (di malam hari) kepada siapa pun sebelum memberi minum kepada keduanya. Aku lebih mendahulukan mereka berdua daripada keluarga dan budakku (hartaku). Kemudian pada suatu hari, aku mencari kayu di tempat yang jauh. Ketika aku pulang ternyata mereka berdua telah terlelap tidur. Aku pun memerah susu dan aku dapati mereka sudah tertidur pulas. Aku pun enggan memberikan minuman tersebut kepada keluarga atau pun budakku. Seterusnya aku menunggu hingga mereka bangun dan ternyata mereka barulah bangun ketika Shubuh, dan gelas minuman itu masih terus di tanganku. Selanjutnya setelah keduanya bangun lalu mereka meminum minuman tersebut. Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan wajah-Mu, maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini.” Batu besar itu tiba-tiba terbuka sedikit, namun mereka masih belum dapat keluar dari goa.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, lantas orang yang lain pun berdo’a, “Ya Allah, dahulu ada puteri pamanku yang aku sangat menyukainya. Aku pun sangat menginginkannya. Namun ia menolak cintaku. Hingga berlalu beberapa tahun, ia mendatangiku (karena sedang butuh uang). Aku pun memberinya 120 dinar. Namun pemberian itu dengan syarat ia mau tidur denganku (alias: berzina). Ia pun mau. Sampai ketika aku ingin menyetubuhinya, keluarlah dari lisannya, “Tidak halal bagimu membuka cincin kecuali dengan cara yang benar (maksudnya: barulah halal dengan nikah, bukan zina).” Aku pun langsung tercengang kaget dan pergi meninggalkannya padahal dialah yang paling kucintai. Aku pun meninggalkan emas (dinar) yang telah kuberikan untuknya. Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan wajah-Mu, maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini.” Batu besar itu tiba-tiba terbuka lagi, namun mereka masih belum dapat keluar dari goa.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, lantas orang ketiga berdo’a, “Ya Allah, aku dahulu pernah mempekerjakan beberapa pegawai lantas aku memberikan gaji pada mereka. Namun ada satu yang tertinggal yang tidak aku beri. Malah uangnya aku kembangkan hingga menjadi harta melimpah. Suatu saat ia pun mendatangiku. Ia pun berkata padaku, “Wahai hamba Allah, bagaimana dengan upahku yang dulu?” Aku pun berkata padanya bahwa setiap yang ia lihat itulah hasil upahnya dahulu (yang telah dikembangkan), yaitu ada unta, sapi, kambing dan budak. Ia pun berkata, “Wahai hamba Allah, janganlah engkau bercanda.” Aku pun menjawab bahwa aku tidak sedang bercanda padanya. Aku lantas mengambil semua harta tersebut dan menyerahkan padanya tanpa tersisa sedikit pun. Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan wajah-Mu, maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini”. Lantas goa yang tertutup sebelumnya pun terbuka, mereka keluar dan berjalan. ( Muttafaqun ‘alaih . HR. Bukhari no. 2272 dan Muslim no. 2743)


Baca Juga Monday Flash Fiction Lainnya :

17 respons untuk ‘[Prompt#104] Kejutan di Kedai Kopi

  1. Ria Angelina Februari 29, 2016 / 08:42

    Wow tercengang ide yang bagus, lanjut trus dikasih berapa..?

    • jampang Februari 29, 2016 / 09:36

      saya nggak sempat melakukan hitung2an, mbak 😀

  2. wisnuwidiarta Februari 29, 2016 / 09:16

    Baru mau komentar mirip cerita yang ada di hadis.. Eh dikasih lengkap di bawahnya hehehe..

    • jampang Februari 29, 2016 / 09:37

      😀
      sekalian buat catatan di blog ini

  3. Akhmad Muhaimin Azzet Februari 29, 2016 / 12:01

    Semoga kita mempunyai sikap hati-hati, amanah, dan murah hati sebagaimana Pak Zaidi 🙂

    • jampang Februari 29, 2016 / 13:20

      aamin yaa rabbal ‘alamiin

  4. zilko Februari 29, 2016 / 17:24

    Pak Zaidi bijak banget ya! 🙂

  5. Iwan Yuliyanto Februari 29, 2016 / 18:22

    Bagus kisahnya.

    Setahu saya untuk kasus pembunuhan di Indonesia minimal 10 tahun, mas Rifki. Atau mungkin Ridwan selalu mendapat remisi setiap tahunnya karena berkelakuan baik dan cooperatif selama di lembaga pemasyarakatan ya 🙂

    • jampang Februari 29, 2016 / 21:39

      terima kasih, pak.
      nah, itu yang saya nggak tahu tentang masa tahanan untuk kasus pembunuhan…. tapi ya kalau pak iwan komentar cuma sampai 10 tahun saja…. saya akan jawab kalau ridwan dapat remisi tiap tahun 😀

  6. New Rule Februari 29, 2016 / 19:46

    dulu baca komiknya, …

      • New Rule Maret 1, 2016 / 06:54

        itu yang 3 sahabat terjebak di gua lalu berdoa berdasarkan amal baiknya

      • jampang Maret 1, 2016 / 08:09

        oooo… pernah dibuat versi komik yah. saya belum pernah lihat apalagi baca 😀

Tinggalkan Balasan ke jampang Batalkan balasan