Pulang kerja, saya masuk ke kamar. Saya lihat di atas tempat tidur banyak kartu bergambar (dulu saya menyebutnya kwartet, kartu yang jumlahnya tiga puluh dua lembar dan dimainkan dengan mengumpulkannya menjadi empat-empat). Ini pasti punya Syaikhan, pikir saya.Dan, benar saja. Ketika saya menemani Syaikhan di ruang tengah, tiba-tiba Syaikhan berlari ke dalam kamar dan menunjukkan kartu-kartu bergambar tersebut.
Syaikhan tidak mengajak saya bermain kartu-kartu itu sesuai dengan cara permainan yang sebenarnya. Syaikhan malah mengajak saya bermain bola dengan kartu-kartu tersebut. Beberapa kartu dilipat, kemudian didirikan di atas lantai sehingga membentuk segitiga atau tenda. Lalu di depan kartu tadi, diletakkan sebuah bola super kecil yang terbuat dari kertas koran. Dan ketika kartu bergambar itu dipukul dengan telapak tangan, maka meluncurlah bola kecil tersebut seperti panah lepas dari busurnya.
Cukup lama saya bermain bola dengan kartu itu, hingga akhirnya saya berkata kepada Syaikhan, “Abi punya mainan baru!”
“Mainan apa, Bi?” Tanya Syaikhan.
Saya lalu mengambil semua kartu, menekuknya sehingga berbentuk setengah lingkaran. Lalu kartu-kartu itu saya dirikan berdekatan satu sama lain sehingga membentuk barisan panjang. Setelah semua kartu didirikan, saya mendorong kartu di barisan paling depan hingga terjatuh. Jatuhnya kartu tersebut menyebabkan kartu di belakangnya juga terjatuh, dan demikian pula yang terjadi dengan kartu-kartu berikutnya hingga kartu terakhir.
Syaikhan senang sekali melihatnya. Sambil tertawa, Syaikhan berkata, “Abi bisa aja!” Pujinya. Lalu meminta saya melakukannya lagi.
Hingga pagi tadi, Syaikhan selalu memainkan kartu itu seperti yang saya lakukan. Tidak lagi menggunakannya menggunakannya untuk ‘menendang bola’.
“Sekarang giliran Syaikhan yang nyusun. Gantian!” Pinta saya.
“Nanti Abi yang jatohin ya, Bi!” Syaikhan mengajukan syarat yang langsung saya sanggupi.
“Ada berapa kartunya?”
“Banyak, Bi.”
“Dihitung dong!”
“Syehan nggak bisa. Syehan bisanya sampe sepuluh.” Ucapnya sambil menyusun kartu.
“Kalau dua belas, nda bisa.” Sambungnya kemudian.
Saya diam.
“Tiga belas, empat belas, lima belas,… Syehan nda bisa.” Lanjut Syaikhan lagi.
Saya masih diam. Hanya tertawa dalam hati.
“Enam belas, tujuh belas, lapan belas belas, sembilan belas… Syehan nda bisa.” Lanjut Syaikhan lagi.
Lho! Nggak bisa tapi disebut terus.
“Sepuluh belas.” Angka terakhir yang disebut Syaikhan.
Saya tersenyum lagi. “Bukan sepuluh belas, tapi dua puluh!”
Sepertinya, dari angka satu sampai dua puluh, Syaikhan belum bisa menyebut angka sebelas dan dua puluh dengan benar. Angka sebelas disebutnya satu-satu, sementara angka dua puluh disebutnya sepuluh belas.
Celoteh Syaikhan Lainnya :
- Celoteh Syaikhan [106] : Game yang Tak Cocok Buat Abi
- Celoteh Syaikhan [105] : Warna Laki-laki
- Celoteh Syaikhan [104] : Tukang Cukur Yang Sok Tahu
- Celoteh Syaikhan [103] : Nggak Ada TV Layar Lebar dan AC
- Celoteh Syaikhan [102] : Jangan Foto Terus, Bi!
- Celoteh Syaikhan [101] : Mengimbangi Abi
- Celoteh Syaikhan [100] : Naik Motor, Tidur, Jatuh
- Celoteh Syaikhan [99] : Abi Beneran Orang Kaya!
- Celoteh Syaikhan [98] : Abi Punya Pacar?
- Celoteh Syaikhan [97] : Bawa ke Sini Semuanya!
bilang nda bisa tapi hitung sampe sepuluh belas.. π
nah… itu dia yang bikin saya senyum2, mbak π
sepuluh, satu satu, dua belas….hihihi
mustinya cara ngitung indonesia dirubah, sebelas jadi sepuluh-satu, biar gampang..^^. Seperti bahasa daerah
hihi nda bisa tapi disebut
ah jadi pengen maen seperti itu juga tuh…. efek domino hohoho
ha ha ha …sepuluh belas itu sepuluhnya ada sebelas … he he he …
xixiixix ayo belajar terus ya syaikhan…
cemangat
hihihi sepuluh belasSyaikhan bisa aja bikin istilah baru
hihihi sepuluh belasSyaikhan bisa aja bikin istilah baru
kira-kira, begitu… π
Cihuy!!! Udah asyik diajak main tuh!
xixixixi, luc iih syaikhan, ga bisa, tapi disebut terus
huehehe… iastilah baru π
nda bisa sebelum mencoba…itu syaikhan bisa sampe sepuluh sebelas #eh
π
anak pinter
dah bisa ngitung sampe 19 gituh, hihihi….
ahahah.. lucu ajah ;))
kartu kwartet, yang gimana yah?
xixixixi… semua anak kecil ngitungnya begitu kali yah?
iya, mbak… π
yup… dulu sering banget dan panjang… karena punya banyak kartu gambaran
itu perkalian donk namanya xixixixixi
iya tante…
pasti…
harus dipatenkan, nih π
iya, bunda…
makanya saya jadi senyum2 dengernya π
nggak boleh dipake yah… nanti harus bayar royalti ke syaikhan π
ternyata bisa… bahkan ada yang orang lain nggak pernah nyebut angka itu π
π
alhamdulillah…
iya, mas.. alhamdulillah
nggak pake banget yah?xixixixixixi
itu … kaya yang berbaris di depan syaikhan π
hehehe lucuuu
Kalo ponakan dulu nyebut sebelas jadi sebecik.. diajarin tetap ngeyel..hehehe mgkn angka 11 emg susah buat lidah balita.
hahaha……syaikhan lucu dah…
iyah π
mungkin juga…. tapi yg lain bisa.. dua belas bisa…. padahal hurufnya kan lebih sedikit sebelas π
iya dah…. xixixixixi
pinnnnnteeeeeeeeerrrrr
alhamdulillah….
Lucuu amat :Ditu maenan kesukaan pas lg pulang kampung, bareng sepupu.. Namanyah domino π
tapi nggak pake kartu domino kan?xixixixi