[Berani Cerita #29] Siapa yang Mengajarimu?

rokok2

Minggu pagi yang cerah. Mataku dimanjakan dengan aneka  warna bunga anggrek yang tergantung di depan teras rumahku. Semuanya merupakan sentuhan tangan dingin istriku.

Kuminum kopi hangat dalam cangkir yang terletak di meja kecil di sisi kananku. Pas. Ini juga buatan istriku. Dia tahu benar selera kopiku.

Kuletakkan cangkir kopi tersebut ke tempat semula. Kuraih koran pagi ini yang juga terletak di atas meja. Lalu membacanya. Seperti inilah kebiasaanku di minggu pagi, membaca koran di teras rumah dengan ditemani secangkir kopi.

“Merokok menyebabkan sekitar 90% kematian akibat kanker paru pada pria dan 80% pada wanita. Risiko kematian karena kanker paru 23 kali lebih tinggi pada pria perokok dan 13 kali lebih tinggi pada wanita perokok dibandingkan pada mereka yang bukan perokok. Riset menunjukkkan bahwa bukan perokok yang tinggal bersama seorang perokok memiliki risiko 24% lebih tinggi untuk mengidap kanker paru dibandingkan bukan perokok pada umumnya.”

Aku tertawa kecil membaca berita mengenai riset bahaya rokok tersebut. “Bisa jadi orang-orang yang diteliti dalam riset ini adalah orang-orang yang memang sudah menderita penyakit sebelum mereka merokok!” Pikirku.

Setelah melahap beberapa berita utama yang tersaji, termasuk berita tentang bahaya rokok tersebut, kembali kuambil cangkir kopi untuk kuminum lagi. Sesaat sebelum bibir cangkir menempel di bibirku, hidungku menghirup aroma lain selain aroma kopi. Rokok. Ya, aroma rokok. Tetapi bukan aroma rokok yang selalu menemani keseharianku.

Kucoba mencari sumber aroma rokok yang semakin tajam menusuk hidungku. Kualihkan pandangan ke sisi kanan teras. Kudapati gumpalan tipis asap rokok  melayang-layang di udara.

“Siapa yang berani merokok pagi-pagi begini?” Omelku dalam hati seraya bangkit dari kursiku menuju samping teras.

Aku terkejut setengah mati ketika mendapati anakku, Adi, yang berumur sepuluh tahun sedang menghisap sebatang rokok. Segera kudekati dirinya dan kuambil batang rokok yang berada di mulutnya.

“Adi!” Bentakku sambil membuang batang rokok itu ke tanah lalu menginjaknya hingga baranya padam dan tak mengeluarkan asap lagi. “Apa-apaan kamu ini? Masih kecil sudah berani merokok!”

Amarahku meluap. Mataku melotot.

“Maaf, Pak!” Ucap Adi pelan. Wajahnya tertunduk. Ketakutan.

“Siapa yang mengajarimu merokok?” Tanyaku tetap dengan nada tinggi.

Adi terdiam.

“Ini pasti karena kamu bergaul sama anak-anak yang suka nongkrong di pos ronda itu kan?” Ingatanku tiba-tiba tertuju kepada kelompok anak-anak yang kulihat sering berkumpul di pos ronda sambil bernyanyi-nyanyi dan merokok.

“Tidak, Pak. Aku tidak bergaul dengan mereka.” Adi menyanggah tuduhanku.

“Kalau begitu siapa yang menjarimu merokok?”

“Aku… A… Aku…” Jawaban Adi terbata-bata. “Aku hanya ingin seperti Bapak!”


Baca Berani Cerita Lainnya :

57 respons untuk ‘[Berani Cerita #29] Siapa yang Mengajarimu?

  1. nurme September 30, 2013 / 06:31

    Hahaha… Baguuus.. Anak emang menduplikat katanya. Mangkanya orang tua musti hati-hati tuh.. Memberikan mereka pengertian bukan memarahi. Katanya gitu*tapi kok rasanya pernah baca ya?
    “Selamat pagi, selamat bekerja”

    • jampang September 30, 2013 / 08:21

      terima kasih.

      mungkin ceritanya ada di bagian link terkait mengenai menasehati saat melihat anak merokok

      • nurme September 30, 2013 / 08:40

        baiklah, insya Allah meluncur ke TKP. Makasih infonya

      • jampang September 30, 2013 / 09:28

        sama-sama

      • nurme September 30, 2013 / 09:50

        Sudah ke TKP 🙂

      • jampang September 30, 2013 / 10:02

        terima kasih

  2. ayanapunya September 30, 2013 / 06:43

    Eaaa si bapak nggak sadar diri ternyata

    • jampang September 30, 2013 / 08:19

      harusnya orang tua yang sadar diri… ingin anaknya baik yang beri contoh yang baik-baik

      • jampang September 30, 2013 / 09:28

        🙂

      • jampang September 30, 2013 / 09:32

        yaaaah…. harusnya saya yang nulis itu

        CLOSED jilid II

      • ayanapunya September 30, 2013 / 09:34

        harusnya saya nggak komen lagi nih. tapi langsung ngakak baca komen di atas ini 😀

      • jampang September 30, 2013 / 09:55

        haduuuuh….

        CLOSED jilid III

  3. chiemayindah September 30, 2013 / 06:52

    Hmm, harus dibaca semua orang tua nih… lihat diri sendiri dulu sebelum memarahi kenakalan anak…. 😀

    • jampang September 30, 2013 / 08:20

      iya mbak. toh yang paling dekar anak adalah orang tua

  4. elam September 30, 2013 / 07:10

    Nah, ngena banget ini!

    • jampang September 30, 2013 / 08:20

      😀
      senjata makan tuan…. #eh

  5. fenny September 30, 2013 / 08:24

    Sebelum su’udzon sm bpknya mau tanya dl, mmg bapaknya perokok?

    • jampang September 30, 2013 / 09:27

      coba dibaca ulang. ada kalimat yang mengisyaratkan bahwa bapaknya merokok

      • fenny September 30, 2013 / 09:51

        Oooo … Br kebaca 🙂

      • jampang September 30, 2013 / 10:02

        😀

  6. herma1206 September 30, 2013 / 09:11

    bagus dri segi pesan..tpi ngetwistnya kurang..

    • jampang September 30, 2013 / 09:29

      😀
      terima kasih atas penilaiannya

      • herma1206 September 30, 2013 / 10:21

        eh..bru nyadar..komen sy di lapak belakang blm di bls..
        bales atuuuuuh.. 😛

      • jampang September 30, 2013 / 10:49

        yaa…. sudah

      • herma1206 September 30, 2013 / 11:01

        Sudah….???
        Ya udh…forget that

      • jampang September 30, 2013 / 12:46

        baru dibalas. kelewat beberapa komen yah. maaf

      • herma1206 September 30, 2013 / 13:53

        Udh sering..tpi bru ini protes..
        Gpp..resiko klo bls telat mulu…:)

      • jampang September 30, 2013 / 14:00

        😀
        kan nggak mantengin blog selalu

      • herma1206 September 30, 2013 / 14:11

        Iya…ditambah fansnya byk lagi, jdi ketimpa mulu..:D

      • jampang September 30, 2013 / 14:41

        😀

      • herma1206 September 30, 2013 / 14:01

        Udh diliat..gak ada notifnya..jdi gak tau..
        Gpp ya gk di bls lagi..udh basi..:D

      • jampang September 30, 2013 / 14:40

        ya… ya… gpp

  7. fannywa September 30, 2013 / 11:40

    Haha anak yang mengidolai bapaknya ya 😀 Bagus Mas 😀

    • jampang September 30, 2013 / 12:52

      cuma sang idolanya berbuat salah 😀

      terima kasih 🙂

  8. Orin September 30, 2013 / 14:56

    kalo bapaknya msh ga berhenti jg ya keterlaluan ya bang hehehehe

    • jampang September 30, 2013 / 15:29

      ya harusnya kalau udah ngeliat kejadian begitu, harus berhenti.

  9. riga September 30, 2013 / 16:51

    like father like son… 🙂

    • jampang September 30, 2013 / 16:54

      yup 😀

    • jampang Oktober 1, 2013 / 03:30

      bapaknya aja yang nggak tahu kalau anaknya cerdas 😀

      • Firsty Chrysant Oktober 1, 2013 / 07:33

        waahh bapaknya ‘kebangetan’ iniiih…

      • jampang Oktober 1, 2013 / 07:45

        iya… tapi mudah2an setelah itu berhenti merokok untuk selamanya

  10. eksak Oktober 3, 2013 / 20:37

    Bapak kencing berdiri, anak kencing berlari. Bapak ngerokok, untung anaknya gak bikin bom! *ngawur

    • jampang Oktober 3, 2013 / 20:46

      Yg pertama pas. Yg kedua… hmm… Merokok bisa jadi pintu yg menjerat ke narkoba

  11. Miss Rochma Oktober 5, 2013 / 19:27

    inilah kenapa kalau si perokok, jangan sampai merokok di depan anaknya. tapi kayanya itu sulit ya.. 🙂
    ohya mas, banyak typo tuh 🙂

    • jampang Oktober 5, 2013 / 19:41

      Sepertinya nggak mungkin bisa merokok tanpa diketahui anak. Suatu saat pasti si anak akan tahu.

      Hiks… Kurang teliti nih sayanya.

Tinggalkan jejak anda di sini....